Minggu, 01 Desember 2013

Pandangan Hidup, Tanggungjawab, dan Optimis


BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pandangan Hidup Dalam Islam
     Pandangan hidup adalah cara pandang terhadap kehidupan menurut sudut pandang tertentu. Pandangan hidup mutlak keberadaannya bagi manusia, sebab tanpa pandangan hidup, manusia tak ubahnya seperti binatang tak berakal dan akan menjalani kehidupannya tanpa arah dan sikap yang jelas.
     Pandangan hidup muslim adalah pandangan hidup Islam, yaitu cara pandang terhadap kehidupan menurut sudut pandang Islam. Ini terwujud dalam persepsi-persepsi (mafahim) Islam yang berupa pemikiran-pemikiran (afkar) dan hukum-hukum (ahkam) Islam, yang terlahir dari Aqidah Islamiyah. Pandangan hidup ini menjadi standar untuk menilai berbagai fakta kehidupan dan menjadi pedoman bagi segala perilakunya dalam kehidupan.
     Aqidah Islamiyah ini wajib dipahami secara akli, yakni melalui proses berpikir yang mendalam terhadap dalil-dalilnya. Setelah itu, wajib pula terjadi proses pembenaran secara pasti (tashdiq jazim) terhadap Aqidah Islamiyah yang telah dikaji, agar aqidah ini menjadi persepsi (mafhum), bukan semata pengetahuan (ma’lumat). Aqidah yang demikian, akan efektif dan fungsional sebagai dasar pandangan hidup. Tanpa proses pemahaman akli (al idrak) dan pembenaran (tashdiq) ini, Aqidah Islamiyah hanya akan menjadi pengetahuan belaka yang tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap cara pandang dan perilaku seorang muslim.
     Pandangan hidup Islam diderivasikan dari tiga sumber; al-Qur'an, Sunnah, serta pengetahuan dan keimanan bahwa hidup di dunia ini hanya sebuah etape, yang penuh dengan tantangan dan ujian menuju kehidupan akhirat yang lebih penting
     Jadi, pandangan hidup seorang muslim adalah pandangan ukhrawi, pandangan yang didasarkan kepada keputusan Allah, mengikuti jalan yang telah ditetukan oleh Allah. Pandangan ini adalah manifestasi dari al-Qur'an dan sunnah, yang bisa kita tempuh untuk meraih Jannah (sorga). Insya Allah.
     Jadi, pandangan itu adalah keyakinan dan pengetahuan bahwa tiada tuhan selain Allah, hanya Allah saja lah yang memutuskan dan menentukan segala sesuatu; Dia saja lah yang bisa memberikan kemenangan atau kekalahan; Dia saja lah yang bisa memberikan keamanan dan kedamaian, dan Dia saja lah yang berhak menentukan garis jalan kehidupan kita. Singkat kata, keyakinan dan pengetahuan ini adalah esensi tauhid.
     Tampak perbedaan yang sangat kontras antara pandangan hidup dunia Barat dengan pandangan hidup Islam. Pandangan hidup Dunia Barat adalah pandangan untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuraan materi; pandangan untuk mendapatkan rasa aman -baik secara personal maupun nasional- sehingga militernya boleh melakukan aksi offensif; pandangan yang meyakini bahwa setiap individu memiliki kebebasan memilih dan menentukan, atau membuat nasib mereka sendiri. Bahkan, dunia Barat meyakini bahwa hukum-hukum kemanusiaan dan sistem pemerintahan mereka dapat mendatangkan kebahagiaan, keamanan, kemakmuraan, yang mereka inginkan. Lebih dari itu, di Barat ada --di antara masyarakat atau bahkan pada pemerintahannya-- meyakini bahwa mereka memiliki hak dan tugas untuk memaksakan hukum mereka, metode, dan sistem pemerintahan mereka terhadap suatu bangsa. Itulah, ada suatu sikap arogan yang terdapat pada sebagian kepercayaan Bangsa Barat, bahwa hukum-hukum kemanusaan dan metode mereka adalah superior.
     Keyakinan Barat dan kebiasaan arogan ini, memiliki banyak bukti sejak serangan pada Jumadi Tsani. Di antaranya adalah intervensi Barat di Afghanistan, dimana kekuatan militer Barat telah digunakan untuk melumpuhkan pemerintahan Islam dan menyokong pemerintahan boneka pro-Barat. Bukti yang lain adalah adanya penangkapan daan pemenjaraan terhadap mujahidin di berbagai belahan dunia.[1]

B.   Tanggung Jawab
1.      Pengertian Tanggung  Jawab
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia  memberikan definisi tanggung jawab  sebagai keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat  sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau keinsyafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggung jawab itu karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Tanggung jawab itu bersifat kodrati. Apabila tidak mau bertanggung  jawab, maka akan ada pihak lain yang memaksa  tanggung jawab  itu. Dengan demikian tanggung jawab dapat dilihat  dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.
Tanggung jawab  merupakan salah satu  ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan  pengabdian atau pengorbannya. Untuk memperoleh  atau meningkatkan kesadaran  bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan , penyuluhan, keteladanan, dan takwa terhadap Tuhan.
2.      Macam-macam Tanggung  Jawab
a)      Tanggung jawab terhadap diri , yaitu menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagaimanusia pribadi.
b)      Tanggung jawab terhadap keluarga. Keluarga merupakan masyarakat kecil. Setiap anggota keluarga wajib bertanggungjawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi, tanggung jawab juga merupakan kesajahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
c)      Tanggung jawab terhadap masyarakat. Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial.
d)     Tanggung jawab kepada bangsa/negara. Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia individu adalah warga negara suatu bangsa. Dalam berpikir, berbuat bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau aturan-aturan yang dibuat oleh suatu negara.
3.      Pengabdian dan Pengorbanan
Pengabdian dan pengorbanan juga merupakan wujud tanggung jawab seseorang. Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga  sebagai perwujudan kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu ikatan dari semua itu dilakukan dengan ikhlas.
Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencapai kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga. Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi  kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan merupakan perwujudan tanggung jawab kepada Tuhan. Allah SWT berfirman dalam  (Q.S. 51 : 56) yang artinya “Aku tidak menciptakan jin dan manusia selain hanya untuk menyembah kepada –Ku”.
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung keikhlasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata. Perbedaan antara pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian.
Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, dan persaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan. Pengabdian lebih banyak menunjuk pada perbuatan sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjuk pada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya.[2]


C.   Optimis
     Orang yang ragu akan kejayaan atau masa hadapannya dapat disuntikkan semangat untuk maju dengan rasa optimis atau keyakinan pada diri sendiri.  Rasa optimis itu akan lahir jika seseorang itu dapat menilai kuniaan Allah Taala pada dirinya iaitu kurniaan hati, akal, anggota tubuh badan yang cukup, masa dan peluang yang membolehkannya berusaha untuk mencapai kejayaan.
     Rasa ragu yang digantikan dengan rasa optimis akan menimbulkan keinginan untuk mencuba dan mengambil peluang bagi kemajuan dan kejayaan diri.
            (Surah Ar-Ra'du: Ayat 11)
Artinya:  Bagi tiap-tiap seorang ada malaikat penjaga yang silih berganti dari hadapan dan dari belakangnya, yang mengawas dan menjaganya (dari sesuatu bahaya) dengan sebab perintah Allah.  Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah mengkehendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala' bencana (disebabkan kesalahan mereka sendiri), maka tiada sesiapa pun yang dapat menolak atau menahan apa yang ditetapkan itu, dan tidak ada siapa pun yang dapat menolong dan melindungi mereka selain daripadanya.

a)      Pengertian Optimis
          Optimis merupakan perasaan yakin terhadap sesuatu yang baik akan terjadi yang memberi harapan positif serta menjadi pendorong untuk berusaha ke arah kemajuan atau kejayaan.
          Rasa optimis akan lahir dalam diri manusia yang mengenali dirinya serta menyedari kurniaan Allah kepadanya.  Juga mempunyai keyakinan kepada Allah Taala yang bersifat pengasih dan penyayang dan keyakinan kepada kebolehan diri sendiri.  Jelasnya, optimis terbentuk daripada tiga unsur utama:
1.      Mengetahui bakat dan kelebihan diri sendiri.
2.      Yakin kepada Allah Taala
3.      Yakin kepada kebolehan diri sendiri.

b)      Optimis sebagai pendorong
          Rasa optimis menjadi pendorong utama ke arah kemajuan dan kejayaan.  Perasaan ini akan melahirkan semangat ingin maju dan ingin berjaya, mengerakkan diri untuk berusaha, menimbulkan daya tahan dan istikamah dan sedia berkorban dengan semangat jihad yang tinggi. 
          Orang yang berjaya dalam kehidupan, memulakan usaha dengan rasa optimis pada diri sendiri, semangat berdikari dan berserah kepada Allah Taala.  Ia yakin bahawa usahanya yang baik tidak akan dipersia-siakan oleh Allah Taala.
Firman Allah Ta'ala:
(Surah At-Taubah Ayat 120)
Artinya:  .....Sesungguhnya Allah tidak  menghilangkan pahala orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya.

c)      Optimis terhadap keampunan Allah
          Kemajuan dan kejayaan yang hakiki adalah kemajuan dan kejayaan yang diredhai Allah Taala.  Kemajuan dan kejayaan itu adalah rahmat yang dikurniakan olehnya.  Sedangkan rahmat Allah Taala pula sering terhalang oleh dosa hambanya.  Maka langkah pertama yang harus di ambil oleh orang yang mengharapkan kemajuan dan kejayaan itu ialah memohon keampunan daripadaya.
          Orang yang memohon keampunan kepada Allah Taala hendaklah optimis bahawa Allah Maha Pengampun, tanpa rasa ragu dan kecewa, hampa dan putus asa.  Allah Taala dengan sifat Maha pengampun dan Maha penyayang membuka ruang pengampunan yang amat luas kepada hamba-hambanya.
(Surah Az-Zumar Ayat 53)
Artinya:  Katakanlah (wahai Muhammad):  "Wahai hamba-hambaku yang telah melampaui batas terhadap diri sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa ; sesunguhnya dialah jua yang Maha Pengampun; lagi Maha Mengasihani.
          Allah Taala mengalu-alukan usaha hambanya mendekatkan diri kepadanya seperti yang dapat di fahami daripada hadis Qudsi:
Artinya:  Sesiapa yang mengerjakan satu kebaikan, maka pahalanya sepuluh kali ganda atau Aku lebihkan.  Sesiapa yang mengerjakan satu kejahatan, maka ia hanya dibalas dengan satu kejahatan atau Aku ampunkan.  Sesiapa yang hampir kepada Aku sejengkal, Aku hampir kepadanya sehasta.  Sesiapa yang hampir kepada Aku sehasta, Aku akan hampir kepadanya sedepa.  Sesiapa yang datang kepada Aku berjalan, Aku akan datang kepadanya berlari.  Sesiapa yang menemui Aku membawa dosa seluas bumi, sedangkan ia tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatupun, maka Aku akan menemuinya dengan memberi pengampunan sebesar itu juga.
          Sungguh benar bahawa nasib manusia di dunia ini tidak sama.  Ada orang yang kaya dan ada yang miskin, ada yang pandai, ada yang kurang pandai, ada yang sihat dan ada yang sakit.  Semua yang ada pada manusia adalah rahmat daripada kurniaan Allah Taala.  Allah Taala Maha Mengetahui, Maha Pemurah dan Maha Adil terhadap hamba-hambanya.
          Sikap yang paling baik dalam mengharapkan rahmat Allah Taala ialah optimis bahawa Allah maha Pemberi rahmat dan Maha memperkenankan harapan hamba-hambanya.  Sikap ini mendorong setiap orang untuk berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan rahmat Allah dalam apa jua perkara yang diharapkannya.  Jika kamu mengalami nasib yang kurang baik janganlah kamu kecewa dan putus asa.  Percayalah bahawa Rahmat  Allah amat baik dan tidak putus-putus.

Firman Allah Taala:
(Surah Yusof Ayat 87)
Artinya:  " Wahai anak-anakku ! pergilah dan intiplah khabar berita mengenai Yusof dan saudaranya ( Bunyamin ), Dan janganlah kamu putus asa dari rahmat serta pertolongan Allah.  Sesungguhnya tidak putus asa dari Rahmat dan pertolongan Allah itu melainkan kaum yang kafir.

Sabda Rasullallahi Sallallahu Alaihi Wasallam:
Artinya:  Allah Taala menjadikan Rahmat seratus bahagian, 99 bahagian ditahan dan satu bahagian diturunkan ke bumi.  Daripada satu bahagian itu seluruh makhluk menaburkan kasih sayang, sehingga kamu melihat, binatang mengangkat kakinya kerana khuatir terpijak anaknya.[3]

Manfaat memiliki wawasan dan pemahaman yang komperhensif tentang pandangan hidup Pandangan Hidup, Tanggung jawab dan Optimis:
1.      Dapat menjadikan manusia lebih terdidik dan dapat membangun diri sendiri
2.      Bersikap Objektif dalam memandang kehidupan
3.      Berpandangan luas
4.      Mampu berfikir mandiri (tidak taqlid atau ikut-ikutan)[4]
                                                                          
BAB III
PENUTUP


Kesimpulan :
            Dari pelajaran yang kita dapat ambil ini. Menjelaskan bahwa memiliki wawasan dan pandangan yang komprehensif itu menimbulkan kita selalu berfikiran tentang pandangan hidup kita itu sangat bermanfaat serta pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan. Dan tanggung jawab memberikan kita sebuah kesadaran akan kewajibannya. Oleh karenam itu, harapan manusia ingin selalu bersikap optimis. Sebab itu kunci dari kesuksesan.



DAFTAR PUSTAKA

ü  Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, ILMU ALAMIYAH DASAR ILMU SOSIAL DASAR ILMU BUDAYA DASAR, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2012)
ü  http://www.al-azim.com/masjid/optimis.html , 6 November 2012, 05:00
ü  Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Filsafat, (Surabaya: IAIN SA Press, 2012) hlm 129-130



[2] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, ILMU ALAMIYAH DASAR ILMU SOSIAL DASAR ILMU BUDAYA DASAR, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2012) 198-202
[4] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Filsafat, (Surabaya: IAIN SA Press, 2012) hlm 129-130

1 komentar: