BAB II
PEMBAHASAN
A. Pandangan Hidup Dalam Islam
Pandangan
hidup adalah cara pandang terhadap kehidupan menurut sudut pandang tertentu.
Pandangan hidup mutlak keberadaannya bagi manusia, sebab tanpa pandangan hidup,
manusia tak ubahnya seperti binatang tak berakal dan akan menjalani
kehidupannya tanpa arah dan sikap yang jelas.
Pandangan
hidup muslim adalah pandangan hidup Islam, yaitu cara pandang terhadap
kehidupan menurut sudut pandang Islam. Ini terwujud dalam persepsi-persepsi
(mafahim) Islam yang berupa pemikiran-pemikiran (afkar) dan hukum-hukum (ahkam)
Islam, yang terlahir dari Aqidah Islamiyah. Pandangan hidup ini menjadi standar
untuk menilai berbagai fakta kehidupan dan menjadi pedoman bagi segala
perilakunya dalam kehidupan.
Aqidah
Islamiyah ini wajib dipahami secara akli, yakni melalui proses berpikir yang
mendalam terhadap dalil-dalilnya. Setelah itu, wajib pula terjadi proses
pembenaran secara pasti (tashdiq jazim) terhadap Aqidah Islamiyah yang telah
dikaji, agar aqidah ini menjadi persepsi (mafhum), bukan semata pengetahuan
(ma’lumat). Aqidah yang demikian, akan efektif dan fungsional sebagai dasar
pandangan hidup. Tanpa proses pemahaman akli (al idrak) dan pembenaran
(tashdiq) ini, Aqidah Islamiyah hanya akan menjadi pengetahuan belaka yang
tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap cara pandang dan perilaku seorang
muslim.
Pandangan
hidup Islam diderivasikan dari tiga sumber; al-Qur'an, Sunnah, serta
pengetahuan dan keimanan bahwa hidup di dunia ini hanya sebuah etape, yang
penuh dengan tantangan dan ujian menuju kehidupan akhirat yang lebih penting
Jadi,
pandangan hidup seorang muslim adalah pandangan ukhrawi, pandangan yang
didasarkan kepada keputusan Allah, mengikuti jalan yang telah ditetukan oleh
Allah. Pandangan ini adalah manifestasi dari al-Qur'an dan sunnah, yang bisa
kita tempuh untuk meraih Jannah (sorga). Insya Allah.
Jadi,
pandangan itu adalah keyakinan dan pengetahuan bahwa tiada tuhan selain Allah,
hanya Allah saja lah yang memutuskan dan menentukan segala sesuatu; Dia saja
lah yang bisa memberikan kemenangan atau kekalahan; Dia saja lah yang bisa memberikan
keamanan dan kedamaian, dan Dia saja lah yang berhak menentukan garis jalan
kehidupan kita. Singkat kata, keyakinan dan pengetahuan ini adalah
esensi tauhid.
Tampak
perbedaan yang sangat kontras antara pandangan hidup dunia Barat dengan
pandangan hidup Islam. Pandangan hidup Dunia Barat adalah pandangan untuk
mencapai kebahagiaan dan kemakmuraan materi; pandangan untuk mendapatkan rasa
aman -baik secara personal maupun nasional- sehingga militernya boleh melakukan
aksi offensif; pandangan yang meyakini bahwa setiap individu memiliki kebebasan
memilih dan menentukan, atau membuat nasib mereka sendiri. Bahkan, dunia Barat
meyakini bahwa hukum-hukum kemanusiaan dan sistem pemerintahan mereka dapat
mendatangkan kebahagiaan, keamanan, kemakmuraan, yang mereka inginkan. Lebih
dari itu, di Barat ada --di antara masyarakat atau bahkan pada
pemerintahannya-- meyakini bahwa mereka memiliki hak dan tugas untuk memaksakan
hukum mereka, metode, dan sistem pemerintahan mereka terhadap suatu bangsa.
Itulah, ada suatu sikap arogan yang terdapat pada sebagian kepercayaan Bangsa
Barat, bahwa hukum-hukum kemanusaan dan metode mereka adalah superior.
Keyakinan Barat dan kebiasaan arogan ini, memiliki
banyak bukti sejak serangan pada Jumadi Tsani. Di antaranya adalah intervensi
Barat di Afghanistan, dimana kekuatan militer Barat telah digunakan untuk
melumpuhkan pemerintahan Islam dan menyokong pemerintahan boneka pro-Barat.
Bukti yang lain adalah adanya penangkapan daan pemenjaraan terhadap mujahidin
di berbagai belahan dunia.[1]
B.
Tanggung Jawab
1.
Pengertian Tanggung
Jawab
Menurut
kamus umum Bahasa Indonesia memberikan
definisi tanggung jawab sebagai keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Seseorang mau
bertanggung jawab karena ada kesadaran atau keinsyafan atau pengertian atas
segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya
tanggung jawab itu karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam
lingkungan alam. Tanggung jawab itu bersifat kodrati. Apabila tidak mau
bertanggung jawab, maka akan ada pihak
lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab dapat
dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi
pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.
Tanggung
jawab merupakan salah satu ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia
merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk
perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbannya. Untuk
memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha
melalui pendidikan , penyuluhan, keteladanan, dan takwa terhadap Tuhan.
2.
Macam-macam Tanggung
Jawab
a) Tanggung jawab terhadap diri , yaitu
menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam
mengembangkan kepribadian sebagaimanusia pribadi.
b) Tanggung jawab terhadap keluarga. Keluarga
merupakan masyarakat kecil. Setiap anggota keluarga wajib bertanggungjawab
kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi,
tanggung jawab juga merupakan kesajahteraan, keselamatan, pendidikan, dan
kehidupan.
c) Tanggung jawab terhadap masyarakat. Pada
hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan
kedudukannya sebagai makhluk sosial.
d) Tanggung jawab kepada bangsa/negara.
Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia individu adalah warga negara suatu
bangsa. Dalam berpikir, berbuat bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh
norma-norma atau aturan-aturan yang dibuat oleh suatu negara.
3.
Pengabdian dan Pengorbanan
Pengabdian
dan pengorbanan juga merupakan wujud tanggung jawab seseorang. Pengabdian
adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta kasih
sayang, norma, atau satu ikatan dari semua itu dilakukan dengan ikhlas.
Apabila
orang bekerja keras sehari penuh untuk mencapai kebutuhan, hal itu berarti
mengabdi kepada keluarga. Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan
makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan
diri sepenuhnya kepada Tuhan dan merupakan perwujudan tanggung jawab kepada
Tuhan. Allah SWT berfirman dalam (Q.S.
51 : 56) yang artinya “Aku tidak menciptakan jin dan manusia selain hanya untuk
menyembah kepada –Ku”.
Pengorbanan
berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan
berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Pengorbanan yang bersifat
kebaktian itu mengandung keikhlasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu
pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.
Perbedaan antara pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya
pengabdian tentu ada pengorbanan. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian.
Pengorbanan
dapat berupa harta benda, pikiran, dan persaan, bahkan dapat juga berupa
jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa perjanjian,
tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan. Pengabdian lebih banyak menunjuk
pada perbuatan sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjuk pada pemberian
sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya.[2]
C.
Optimis
Orang
yang ragu akan kejayaan atau masa hadapannya dapat disuntikkan semangat untuk
maju dengan rasa optimis atau keyakinan pada diri sendiri. Rasa optimis
itu akan lahir jika seseorang itu dapat menilai kuniaan Allah Taala pada
dirinya iaitu kurniaan hati, akal, anggota tubuh badan yang cukup, masa dan
peluang yang membolehkannya berusaha untuk mencapai kejayaan.
Rasa ragu yang digantikan dengan rasa optimis akan
menimbulkan keinginan untuk mencuba dan mengambil peluang bagi kemajuan dan
kejayaan diri.
(Surah
Ar-Ra'du: Ayat 11)
Artinya:
Bagi tiap-tiap seorang ada malaikat penjaga yang silih berganti dari hadapan
dan dari belakangnya, yang mengawas dan menjaganya (dari sesuatu bahaya) dengan
sebab perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah mengkehendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala'
bencana (disebabkan kesalahan mereka sendiri), maka tiada sesiapa pun yang
dapat menolak atau menahan apa yang ditetapkan itu, dan tidak ada siapa pun
yang dapat menolong dan melindungi mereka selain daripadanya.
a) Pengertian Optimis
Optimis
merupakan perasaan yakin terhadap sesuatu yang baik akan terjadi yang memberi
harapan positif serta menjadi pendorong untuk berusaha ke arah kemajuan atau
kejayaan.
Rasa
optimis akan lahir dalam diri manusia yang mengenali dirinya serta menyedari
kurniaan Allah kepadanya. Juga mempunyai keyakinan kepada Allah Taala
yang bersifat pengasih dan penyayang dan keyakinan kepada kebolehan diri
sendiri. Jelasnya, optimis terbentuk daripada tiga unsur utama:
1.
Mengetahui bakat dan
kelebihan diri sendiri.
2.
Yakin kepada Allah Taala
3.
Yakin kepada kebolehan diri
sendiri.
b) Optimis sebagai pendorong
Rasa
optimis menjadi pendorong utama ke arah kemajuan dan kejayaan. Perasaan
ini akan melahirkan semangat ingin maju dan ingin berjaya, mengerakkan diri
untuk berusaha, menimbulkan daya tahan dan istikamah dan sedia berkorban dengan
semangat jihad yang tinggi.
Orang
yang berjaya dalam kehidupan, memulakan usaha dengan rasa optimis pada diri
sendiri, semangat berdikari dan berserah kepada Allah Taala. Ia yakin
bahawa usahanya yang baik tidak akan dipersia-siakan oleh Allah Taala.
Firman Allah Ta'ala:
(Surah At-Taubah Ayat 120)
Artinya:
.....Sesungguhnya Allah tidak menghilangkan pahala orang-orang yang
berusaha memperbaiki amalannya.
c) Optimis terhadap keampunan Allah
Kemajuan
dan kejayaan yang hakiki adalah kemajuan dan kejayaan yang diredhai Allah
Taala. Kemajuan dan kejayaan itu adalah rahmat yang dikurniakan
olehnya. Sedangkan rahmat Allah Taala pula sering terhalang oleh dosa
hambanya. Maka langkah pertama yang harus di ambil oleh orang yang
mengharapkan kemajuan dan kejayaan itu ialah memohon keampunan daripadaya.
Orang
yang memohon keampunan kepada Allah Taala hendaklah optimis bahawa Allah Maha
Pengampun, tanpa rasa ragu dan kecewa, hampa dan putus asa. Allah Taala
dengan sifat Maha pengampun dan Maha penyayang membuka ruang pengampunan yang
amat luas kepada hamba-hambanya.
(Surah Az-Zumar Ayat 53)
Artinya:
Katakanlah (wahai Muhammad): "Wahai hamba-hambaku yang telah
melampaui batas terhadap diri sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat),
janganlah berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah
mengampunkan segala dosa ; sesunguhnya dialah jua yang Maha Pengampun; lagi
Maha Mengasihani.
Allah Taala mengalu-alukan usaha hambanya mendekatkan
diri kepadanya seperti yang dapat di fahami daripada hadis Qudsi:
Artinya:
Sesiapa yang mengerjakan satu kebaikan, maka pahalanya sepuluh kali ganda atau
Aku lebihkan. Sesiapa yang mengerjakan satu kejahatan, maka ia hanya
dibalas dengan satu kejahatan atau Aku ampunkan. Sesiapa yang hampir
kepada Aku sejengkal, Aku hampir kepadanya sehasta. Sesiapa yang hampir
kepada Aku sehasta, Aku akan hampir kepadanya sedepa. Sesiapa yang datang
kepada Aku berjalan, Aku akan datang kepadanya berlari. Sesiapa yang
menemui Aku membawa dosa seluas bumi, sedangkan ia tidak mempersekutukan Aku
dengan sesuatupun, maka Aku akan menemuinya dengan memberi pengampunan sebesar
itu juga.
Sungguh benar bahawa nasib manusia di dunia ini tidak
sama. Ada orang yang kaya dan ada yang miskin, ada yang pandai, ada yang
kurang pandai, ada yang sihat dan ada yang sakit. Semua yang ada pada
manusia adalah rahmat daripada kurniaan Allah Taala. Allah Taala Maha
Mengetahui, Maha Pemurah dan Maha Adil terhadap hamba-hambanya.
Sikap yang paling baik dalam mengharapkan rahmat Allah
Taala ialah optimis bahawa Allah maha Pemberi rahmat dan Maha memperkenankan
harapan hamba-hambanya. Sikap ini mendorong setiap orang untuk berusaha
dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan rahmat Allah dalam apa jua perkara
yang diharapkannya. Jika kamu mengalami nasib yang kurang baik janganlah
kamu kecewa dan putus asa. Percayalah bahawa Rahmat Allah amat baik
dan tidak putus-putus.
Firman Allah Taala:
(Surah Yusof Ayat 87)
Artinya:
" Wahai anak-anakku ! pergilah dan intiplah khabar berita mengenai Yusof
dan saudaranya ( Bunyamin ), Dan janganlah kamu putus asa dari rahmat serta
pertolongan Allah. Sesungguhnya tidak putus asa dari Rahmat dan
pertolongan Allah itu melainkan kaum yang kafir.
Sabda Rasullallahi Sallallahu Alaihi Wasallam:
Artinya:
Allah Taala menjadikan Rahmat seratus bahagian, 99 bahagian ditahan dan satu
bahagian diturunkan ke bumi. Daripada satu bahagian itu seluruh makhluk
menaburkan kasih sayang, sehingga kamu melihat, binatang mengangkat kakinya
kerana khuatir terpijak anaknya.[3]
Manfaat memiliki wawasan dan
pemahaman yang komperhensif tentang pandangan hidup Pandangan Hidup, Tanggung
jawab dan Optimis:
1.
Dapat menjadikan manusia
lebih terdidik dan dapat membangun diri sendiri
2.
Bersikap Objektif dalam
memandang kehidupan
3.
Berpandangan luas
4.
Mampu berfikir mandiri
(tidak taqlid atau ikut-ikutan)[4]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Dari pelajaran yang kita dapat ambil ini. Menjelaskan
bahwa memiliki wawasan dan pandangan yang komprehensif itu menimbulkan kita
selalu berfikiran tentang pandangan hidup kita itu sangat bermanfaat serta
pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan. Dan tanggung jawab
memberikan kita sebuah kesadaran akan kewajibannya. Oleh karenam itu, harapan
manusia ingin selalu bersikap optimis. Sebab itu kunci dari kesuksesan.
DAFTAR PUSTAKA
ü
http://heredieend.blogspot.com/2011/04/pandangan-hidup-adalah-cara-pandang.html, 6 November 2012, 05:00
ü Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel
Surabaya, ILMU ALAMIYAH DASAR ILMU SOSIAL DASAR ILMU BUDAYA DASAR, (Surabaya:
IAIN Sunan Ampel Press, 2012)
ü Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar
Filsafat, (Surabaya: IAIN SA Press, 2012) hlm 129-130
izin ambil ilmunya
BalasHapus