Jumat, 12 Juni 2015

Makalah tentang Interaksi Sosial


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tindakan Sosial
Tindakan atau aksi berarti perbuatan atau sesuatu yang dilakukan. Secara sosiologis, tindakan artinya seluruh perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar atau tidak disadari, sengaja atau tidak disengaja yang mempunyai makna subyektif bagi pelakunya.[1] Sedangkan sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat.
Di dalam sosiologi, tindakan sosial banyak dikemukakan oleh Max Weber seorang ahli sosiologi Jerman, yang menyatakan bahwa tindakan sosial dimulai dari tindakan individu atau perilaku individu dengan perilaku orang lain, yang diorientasikan pada hasil tindakan tersebut, sehingga dapat dipahami secara subjektif, maksudnya setiap tindakan sosial yang dilakukan seseorang akan memiliki maksud atau makna tertentu.
Tindakan sosial pada seseorang baru terjadi apabila tindakan tersebut dihubungkan dengan orang lain. Tindakan sosial yang dimulai dari tindakan individu-individu memiliki keunikan atau ciri tersendiri. [2]
Tindakan sosial mempunyai ciri-ciri sehingga dapat dikatakan sebagai tindakan sosial. Seperti, tindakan manusia yang mengandung makna subyektif, berupa tindakan nyata, berasal dari akibat pengaruh positif maupun negative dari suatu situasi, tindakan yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya setelah adanya tindakan sosial, adanya tujuan, dan melibatkan lebih dari satu individu.[3]


[1] Abu Ahmadi. Ilmu Sosial Dasar.(Jakarta:PT Rineka Cipta).2003. 27
[2] Ridwan Effendi dan Elly Malihah. Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. (Bandung : Yasindo Multi Aspek). 2007. Hlm. 48
[3] Dosen Jurusan Pendidikan Sendratasik FBS UNNES. Berkesenian : Tindakan Sosial Menurut Max Weber. PDF. (online). (http://download.portalgaruda.org, diakses 14 Maret 2015)

Jadi, tindakan sosial merupakan suatu perbuatan yang dimulai dari satu individu yang mempengaruhi individu lain, yang kemudian dari hasil tindakan tersebut menimbulkan  suatu tujuan, baik itu yang berupa positif maupun negative. jika suatu perbuatan hanya dilakukan seorang diri (tanpa ada lawan). Misalnya aksi melamun, belajar yang dilakukan seorang diri, maka hal tersebut tidak bias disebut dengan tindakan sosial. Karena tidak melibatkan individu lain dalam tindakannya. Sebaliknya, jika seseorang melakukan tindakan misalnya membersihkan selokan dan kemudian mengajak individu lain untuk bergabung bersama kerja bakti membersihkan selokan sehingga mewujudkan tujuan bersama yaitu terciptanya lingkungan kampong yang bersih, maka hal itu dapat dikatakan sebagai tindakan sosial karena tindakannya melibatkan lebih dari satu individu dan mampu mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
Tindakan sosial ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu manusia merupakan makhluk yang tidak akan bisa hidup tanpa manusia lain, sebab secara biologis manusia adalah makhluk yang paling lemah. Sejak dilahirkan ke dunia, manusia mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekitarnya (masyarakat) dan keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan alam di sekitarnya. Faktor tersebut yang mempengaruhi adanya suatu tindakan sosial. Sehingga sebagai makhluk sosial yang tidak bias lepas dari manusia lain, dan dari sebuah tindakan sosial yang dapat menimbulkan tujuan positif serta negative. seharusnya kita dapat mempertimbangkan segala sesuatu sebelum melakukan tindakan, agar terhindar dari tindakan-tindakan yang dapat membawa dampak merugikan orang lain di sekitar dan lingkungan alam di sekitarnya.
A.    Pengertian Interaksi Sosial
Setelah membahas tindakan sosial, maka dapat diuraikan bahwa di dalam tindakan sosial terdapat suatu proses sosial yaitu interaksi sosial. Interaksi sosial adalah wujud dari sebuah tindakan sosial di mana tidak akan terjadi tindakan sosial jika tidak terjadi interaksi sosial. Karena tindakan sosial melibatkan lebih dari satu individu yang menimbulkan adanya hubungan timbale balik. Ada beberapa pengertian dari interaksi sosial yang ada di lingkungan masyarakat, di antaranya:
1.    Menurut H. Booner dalam bukunya, social psychology, memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa : ”interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.”
2.    Menurut Gillin and Gillin dalam bukunya pada tahun 1954 yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan orang perorangan dengan kelompok[1].
3.    Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial yaitu  dasar proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antar individu, antar kelompok, atau antara individu dan kelompok
4.    Menurut Kimball Young & Raymond W. Mack Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya.[2]
5.    Menurut Astrid S. Susanto Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini.
6.    Menurut Maryati dan Suryawati Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.[3]
7.    Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, interaksi didefinisikan sebagai hal saling melakukan aksi, berhubungan atau saling mempengaruhi.[4]
Dengan demikian interaksi sosial adalah hubungan timbal balik (berupa) tindakan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain dan mempunyai suatu tujuan, baik itu berupa tindakan yang mengarah pada hal positif maupun negatif.
Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial. Interaksi sosial sebagai syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Apabila dua orang bertemu, saat itulah interaksi dimulai. Pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok terjadi antara kelompok lazim juga terjadi di dalam masyarakat. Apabila terjadi pertentangan antara kepentingan-kepentingan orang perorangan dengan kepentingan-kepentingan kelompok maka akan sangat terlihat dampaknya.[5]
Seperti telah dipaparkan di atas, bahwa interaksi sosial bisa terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Berikut adalah penjelasannya:
1.    Interaksi antara individu dengan individu
Adalah individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus kepada individu lainnya dan sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan memberikan reaksi, tanggapan atau respon.
2.    Interaksi antara individu dengan kelompok












Gb. Contoh Interaksi sosial antara individu dengan kelompok
Dari gambar di atas dapat dilihat secara konkret bentuk interaksi sosial antara individu dengan kelompok bisa digambarkan seperti seorang guru yang sedang berhadapan dan mengajari siswa-siswinya di dalam kelas atau seorang penceramah yang sedang berpidato di depan orang banyak. Bentuk interaksi semacam ini juga menunjukkan bahwa kepentingan seseorang individu berhadapan atau bisa ada saling keterkaitan dengan kepentingan kelompok. Individu dapat membawa pengaruh bagi suatu kelompok.
3.    Interaksi antar kelompok dengan kelompok
Bentuk interaksi antara kelompok dengan kelompok saling berhadapan dalam kepentingan, namun bisa juga ada kepentingan individu di situ dan kepentingan dalam kelompok merupakan satu kesatuan.[6] Misalnya dalam sebuah Negara terdapat strukturalisasi yang nantinya akan mengerjakan tugas Negara (eg: DPR, MPR), dalam anggota DPR atau MPR tersebut di dalamnya tentu tidak lepas dari akumpulan beberapa kelompok partai politik, di mana dalam sebuah partai politik terdiri dari beberapa individu yang membentuk kelompok, yang kemudian dalam kerjasama antara kelompok parpol satu dengan parpol lain mempunyai tujuan bersama yaitu untuk mewujudkan Negara yang aman, tentram, damai, dengan menampung dan menindaklanjuti aspirasi-aspirasi rakyat di Negara tersebut.
B.     Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Jumlah pelaku dua orang atau lebih.
Dilihat dari pengertian interaksi sosial bahwa interaksi adalah hubungan timbale balik antara individu satu dengan yang lain. Dari sini berarti tidak bias dikatakan berinteraksi jika hanya terdapat satu individu yang melakukan tindakan.
2.    Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan symbol atau lambang.
Dalam melakukan hubungan timbal balik atau interaksi tentu di dalamnya terdapat komunikasi yang merupakan syarat mutlak terjadinya interaksi sosial. Dalam hal ini, komunikasi terdiri dari lima unsur pokok, yaitu:
a.    Komunikator, yaitu orang-orang yang menyampaikan pesan, perasaan atau pikiran kepada pihak lain.
b.    Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi atau menerima pesan, perasaan, atau pikiran dari orang lain (komunikator).
c.    Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan dapat berupa informasi, instruksi dan perasaan.
d.   Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
e.    Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.[7]
3.    Adanya dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
Dalam interaksi sosial tidak terlepas dari unsure waktu, interaksi sosial dapat terjadi dan mempengaruhi keadaan baik pada masa lalu, masa saat itu juga, atau masa yang akan dating.
4.    Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut.[8]


 







Gb. Contoh interaksi sosial yang dilakukan oleh warga desa Banjarejo

Dari contoh gambar tersebut maka dapat dilihat bahwa untuk melakukan inetraksi di dalamnya harus memenuhi syarat yaitu jumlah pelaku lebih dari 2 orang yang dtunjukkan pada gambar terdapat 6 orang pelaku yang terlibat dalam rapat, adanya komunikasi antar pelaku, kemudia adanya dimensi waktu dan tujuan bersama, dalam gambar tersebut yaitu warga desa Banjarejo yang sedang melakukan rapat persiapan hari kemerdekaan. Dengan demikian, interaksi sosial terjadi dengan tujuan bersama yaitu untuk mensukseskan acara hari peringatan kemerdekaan Indonesia dan dengan adanya dimensi waktu yaitu dilakukan sekarang dan berpengaruh untuk masa selanjutnya.
C.    Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, bahwa proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Di mana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut berupa antar tindakan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, baik antara individu satu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud, karena adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial. Menurut Roucek dan Warren, interaksi adalah salah satu masalah pokok karena ia merupakan dasar segala proses sosial. Interaksi merupakan proses timbal balik, di mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dengan demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain. Orang mempengaruhi tingkah laku orang lain melalui kontak. Kontak ini mungkin berlangsung melalui fisik, seperti dalam obrolan, yang di dalam obrolan tersebut terjadi proses mendengarkan, melakukan gerakan pada beberapa bagian badan, melihat dan lain-lain lagi, atau secara tidak langsung melalui tulisan, atau dengan cara berhubungan dari jauh. Misalnya melalui telepon atau dengan saling memberikan isyarat atau kode satu sama lain.[9]
Untuk terjadinya interaksi sosial diperlukan adanya syarat-syarat yang harus ada, yaitu :
1.    Adanya kontak sosial (social contact)
Kata kontak berasal dari bahasa Latin “con” yang artinya bersama-sama dan “tanga” yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kontak berarti “bersama-sama menyentuh”. Sebagai gejala sosial kontak tidak perlu terjadi dengan saling menyentuh saja, oleh karena itu orang dapat mengadakan hubungan dengan orang lain dengan melalui kontak secara fisik maupun non fisik. Misalnya, melalui fisik yaitu ebrhadapan secara langsung dalam satu tempat yang sama, sedangkan yang non fisik atau secara tidak langsung yaitu ketika komunikasi tersebut dilakukan melalui telepon, surat, dan sebagainya.
Kontak sosial ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif. Kontak sosial yang bersifat positif dapat mengarahkan pada suatu kerja sama, sedangkan kontak yang bersifat negatif dapat mengarahkan seseorang pada suatu pertentangan atau konflik bahkan dapat menyebabkan tidak terjadinya interaksi sosial.
Perlu di catat bahwa terjadinya kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, akan tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial dapat pula bersifat primer dan sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila yang mengadakan kontak hubungan langsung bertemu dan bertatap muka, seperti misalnya jika orang-orang tersebut berjabat tangan, saling tersenyum, dan lain-lain dalam satu tempat yang sama. Sebaliknya kontak sekunder berlangsung memerlukan perantara. Karena interaksi  dilakukan individu satu dengan lainnya dalam tempat yang berbeda sehingga membutuhkan perantara.
2.    Adanya komunikasi
Seseorang memberikan tafsiran pada tingkah laku atau perasaan-perasaan orang lain dalam bentuk komunikasi secara verbal atau non verbal berupa gerak-gerik badan, atau sikap-sikap tertentu. Misalnya seorang anggota pramuka di atas sebuah bukit pada malam hari mengirimkan isyarat morse dengan lampu senter yang ingin menyampaikan pesan berupa kata E-L-O-K secara berulang-ulang dengan lampu senter. Apabila orang tidak memahami sandi morse, barangkali isyarat tersebut dianggap sebagai sinar lampu biasa, dan itu juga tidak terjadi suatu komunikasi. Lain halnya bila isyarat tersebut diterima oleh anggota pramuka, pasti ia akan segera mengerti maksud dari isyarat tersebut.
Komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lain sehingga terjadi pengertian bersama. Dalam komunikasi terdapat dua pihak yang terlibat, pihak yang menyampaikan pesan disebut komunikator dan pihak penerima pesan disebut komunikasi. [10]
Ada 3 tahap penting dalam proses komunikasi, yaitu:
a.    Encoding, pada tahap ini gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah, kalimat atau gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari pengguaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
b.    Penyampaian, pada tahap ini istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat atau gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari keduanya.
c.    Decoding, pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.[11]
Dalam hal ini, komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Karena komunikasi adalah alat untuk melakukan interaksi sosial, jika tidak ada komunikasi maka interaksi sosial juga tidak akan terjadi. Bahkan, meskipun sudah melakukan komunikasi tetapi jika komunikasi tersebut dilakukan secara tidak baik atau tidak sesuai dengan tahap pada komunikasi maka itu juga tidak bisa disebut dengan komunikasi dan tidak dapat mewujudkan interaksi sosial.
Dengan demikian, interaksi sosial akan terjadi jika sudah memenuhi kedua syarat yang telah dijelaskan di atas yaitu kontak sosial dan komunikasi. Adanya kontak sosial dan komunikasi yang baik hendaknya dapat menciptakan interaksi sosial yang baik pula. Diharapkan tiap-tiap individu lebih memperhatikan dan mempertimbangkan dengan baik ketika akan melakukan kontak sosial dan komunikasi, karena itu akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya sebuah interaksi sosial, dan akan membawa dampak positif dan negatif sesuai dengan cara mereka melakukan kedua syarat interaksi sosial tersebut.
D.    Faktor-faktor Interaksi Sosial
Adapun factor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial, yaitu:
1.    Faktor imitasi
Imitasi adalah suatu tindakan meniru orang lain. Imitasi atau perbuatan meniru bisa dilakukan dalam bermacam-macam bentuk. Misalnya meniru dalam hal gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebiasaan, pola pikir, serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan seseorang.
Menurut Dr. A.M.J Chorus, ada syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan imitasi, yaitu adanya minat atau perhatian terhadap obyek atau subyek yang akan ditiru, serta adanya sikap menghargai, mengagumi, dan memahami sesuatu yang akan ditiru.
Dalam hal ini faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat membawa seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Sehingga tiap-tiap individu yang akan melakukan imitasi sebaiknya memperhatikan tokoh yang akan ditiru sebelum memutuskan untuk mengikutinya.
2.    Faktor sugesti
Sugesti dalam faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial merupakan sebuah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Dalam psikologi sugesti dibedakan menjadi:
a.    Autosugesti, yaitu sugesti terhadap diri sendiri yang datang dari dirinya sendiri.
b.    Heterosugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.
Arti dari sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial adalah hampir sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi orang yang satu mengikuti salah satu darinya, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap lalu diterima oleh orang lain.
Dalam ilmu jiwa sosial sugesti dapat dirumuskan sebagai satu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa dikritik terlebih dahulu.
3.    Faktor identifikasi
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriyah maupun batiniah. Di sini dapat diketahui, bahwa hubungan sosial yang berlangsung pada identifikasi adalah lebih mendalam daripada hubungan yang berlangsung atas proses-proses sugesti maupun imitasi. Karena dalam proses identifikasi kepribadian seseorang dapat terbentuk. Orang melakukan identifikasi karena seringkali memerlukan tipe ideal atau tokoh yang bisa dijadikan panutan dalam hidupnya.
Proses identifikasi dapat berlangsung secara sengaja atau tidak sengaja. Meskipun tanpa sengaja, orang yang mengidentifikasi tersebut benar-benar mengenal orang yang diidentifikasi sehingga sikap atau pandangan yang diidentifikasi benar-benar meresap dalam jiwanya.
4.    Faktor simpati
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Perasaan simpati muncul tidak harus dengan pemikiran yang matang. Melainkan berdasarkan penilaian perasaan, seperti juga pada proses identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik pada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara tingkah laku menarik baginya.[12]
5.    Empati
Empati merupakan simpati yang mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang. Contohnya, seorang ibu akan merasa kesepian ketika anaknya yang bersekolah di luar kota. Ia selalu rindu dan memikirkan anaknya tersebut sehingga jatuh sakit.[13]
Seseorang yang sudah pada tahap empati tidak hanya berhenti pada rasa iba terhadap orang lain, melainkan ia akan melakukan tindakan untuk menolong orang yang dikasihaninya. Empati ini sudah pada tahap member tindak lanjut setelah merasa simpati terhadap orang lain.
Berlangsungnya suatu proses interaksi yang didasarkan berbagai faktor di atas, di antaranya faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, dan empati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan yang bergabung. Apabila masing-masing ditinjau secara lebih mendalam, faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian, imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal negative di mana yang ditiru adalah tindakan- tindakan yang menyimpang. Selain itu, imitasi juga dapat melemahkan bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.
Selain faktor eksternal seperti yang disebutkan di atas, terdapat pula faktor internal yang mendorong adanya interaksi sosial, yaitu :
1.    Dorongan untuk meneruskan atau mengembangkan keturunan. Dorongan ini bersifat kodrati artinya tidak usah dipelajaripun seseorang akan mengerti sendiri dan secara sendirinya pula orang akan berpasang-pasangan untuk meneruskan keturunannya agar tidak mengalami kepunahan. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-nahl ayat 72 yang berbunyi:
ª!$#ur Ÿ@yèy_ Nä3s9 ô`ÏiB ö/ä3Å¡àÿRr& %[`ºurør& Ÿ@yèy_ur Nä3s9 ô`ÏiB Nà6Å_ºurør& tûüÏZt/ Zoyxÿymur Nä3s%yuur z`ÏiB ÏM»t6Íh©Ü9$# 4 È@ÏÜ»t6ø9$$Î6sùr& tbqãZÏB÷sムÏMyJ÷èÏZÎ/ur «!$# öNèd tbrãàÿõ3tƒ ÇÐËÈ  
Yang artinya: Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?"
2.    Dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan manusia memerlukan keberadaan orang lain yang akan saling memerlukan, saling tergantung untuk saling melengkapi kebutuhan hidup. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-nisa ayat 1 yang berbunyi:
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# ãNä3­/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZŽÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6ŠÏ%u ÇÊÈ  
Yang artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya. Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

3.    Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan untuk mempertahankan hidup ini terutama dalam menghadapi ancaman dari luar seperti ancaman dari kelompok atau suku bangsa lain, ataupun dari serangan binatang buas. Maka manusia membutuhkan orang lain untuk menyelamatkan diri dari hal itu.
4.    Dorongan untuk berkomunikasi dengan sesama. Secara naluriah, manusia memerlukan keberadaan orang lain dalam rangka saling berkomunikasi untuk mengungkapkan keinginan yang ada dalam hati masing-masing dan secara psikologis manusia akan merasa nyaman dan tentram bila hidup bersama-sama dan berkomunikasi dengan orang lain dalam satu lingkungan sosial budaya.[14]
Hal-hal tersebut di atas merupakan faktor-faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial, walaupun di dalam kenyataannya proses tadi memang masih kompleks, sehingga kadang-kadang sulit untuk mengadakan pembedaan yang tegas antara faktor-faktor di atas. Namun demikian, dapat dikatakan bahwa imitasi dan sugesti terjadi lebih cepat, namun pengaruhnya kurang mendalam apabila dibandingkan dengan identifikasi dan simpati yang relatif lebih lambat pada proses berlangsungnya.
E.     Aturan dalam Interaksi Sosial
Dalam interaksi sosial terdapat bebrapa aturan, di antaranya:
1.    Aturan mengenai ruang
Karl dan Yoels mendasarkan teorinya pada karya Edward T. Hall pada tahun 1982 mengenai konsep jarak sosial atau proxemics. Menurut Hall, dalam interaksi sosial, orang cenderung menggunakan empat macam jarak, yaitu jarak intim (intimate distance), jarak pribadi (personal distance), jarak sosial (social distance), dan jarak public (public distance).
a.    Pada jarak intim
Pada jarak ini seseorang melakukan interaksi sosial dengan jarak sekitar 00-45 cm, di cirri-cirinya yaitu terjadi keterlibatan secara intensif panca indra dengan tubuh orang lain.
b.    Jarak pribadi
Pada jarak ini, interaksi terjadi sekitar 45 cm- 1,22 m, cenderung dijumpai dalam interaksi antara orang yang berhubungan dekat, seperti antar hubungan ibu dan anak.
c.    Jarak sosial
Interaksi terjadi pada jarak sekitar 1,22m – 3,66 m, orang yang berinteraksi dapat berbicara secara wajar dan tidak saling menyentuh.
d.   Jarak publik
Ciri-cirinya yaitu orang berinteraksi pada jarak di atas 3,66, umumnya dipelihara oleh orang yang harus tampil di depan umum, seperti politisi, aktor.
Dari pengamatan itu Hall menyimpulkan bahwa aturan jarak tersebut tidak dapat diberlakukan di setiap masyarakat.
2.    Aturan mengenai waktu
Waktu juga dapat mengatur interaksi, misalnya tentang disiplin tepat waktu dalam proses pembelajaran perkuliahan. Pada saat ada kemoloran baik keterlambatan yang berasal dari dosen maupun mahasiswa, pasti akan menimbulkan dampak negative misalnya terjadi ketidaktuntasan penyampaian materi akibat seorang dosen yang dating tidak tepat waktu. Sehingga yang seharusnya dapat menyampaikan dua materi dalam satu pertemuan, hanya dapat menyampaikan satu materi karena keterlambatannya. kegelisahan berbagai pihak yang dapat mempengaruhi materi/isi dari apa yang dibicarakan.
3.    Aturan mengenai gerak tubuh
Komunikasi nonverbal (tanpa menggunakan bahasa lisan dan tulis) merupakan bentuk komunikasi pertama bagi manusia. Komunikasi nonverbal ini terkadang baik disadari ataupun tidak, digunakan untuk menyampaikan pesan dalam interaksinya dengan orang lain.[15]
F.     Sumber yang Mendasari Interaksi (Menurut Karl dan Yoels)
Menurut Karl dan Yoels bahwa ciri seseorang yang dibawa sejak lahir, seperti jenis kelamin, usia dan ras sangat menentukan interaksi terutama pada masyarakat yang sehari-harinya berada di lingkungan yang diskriminatif. Beberapa hal tersebut, di antaranya:
1.    Warna kulit
Warna kulit, mempunyai pengaruh pada proses interaksi sosial. Contohnya di Negara Afrika Selatan pada era apartheid, orang kulit putih tidak mau berinteraksi dengan orang kulit hitam.
2.    Usia
Cara seseorang berinteraksi dengan seseorang yang lebih tua seringkali berbeda dengan orang yang sebaya atau dengan orang yang lebih muda.
3.    Jenis kelamin
Jenis kelamin juga bisa mempengaruhi interaksi seseorang terhadap yang lainnya. Contoh laki-laki cenderung menghindari sekelompok perempuan yang tengah membicarakan kosmetik atau model sepatu terbaru. Sebaliknya, perempuan pun cenderung menghindari dari percakapan laki-laki tentang otomotif atau yang lainnya.
4.    Penampilan fisik
Selain warna kulit, usia dan jenis kelamin, penampilan fisik juga sering menjadi sumber informasi dalam interaksi sosial. Umumnya yang pertama kali dilihat dalam interaksi adalah penampilan fisik seseorang. Ada beberapa penelitian yang memperlihatkan bahwa orang yang berpenampilan menarik cenderung lebih mudah mendapatkan pasangan daripada orang dengan penampilan yang kurang menarik.
5.    Bentuk tubuh
Menurut penelitian Wells dan Siegal, orang cenderung menganggap bahwa terdapat kaitan antara bentuk tubuh dengan sifat seseorang. Orang yang memiliki tubuh endomorph (bulat gemuk) dianggap memiliki sifat tenang, santai, dan pemaaf. Orang yang memiliki tubuh mesomorph (atletis, berotot) dianggap memiliki sifat dominan, yakin, dan aktif. Sementara orang yang bertubuh ectomorph (tinggi, kurus) dianggap bersikap tegang dan pemalu. Hal ini juga akan mempengaruhi cara berinteraksi.
6.    Pakaian
Sumber informasi juga dapat diperoleh dari pakaian seseorang. Seringkali seseorang yang berpakaian seperti eksekutif muda lebih dihormati dibandingkan dengan orang yang berpakaian seperti gelandangan.
7.    Wacana
Dari pembicaraan seseorang, kita pun dapat memperoleh informasi-informasi tentang dirinya. Kadang-kadang kita mendengar seseorang berbicara bahwa ia baru saja bertemu dengan direktur sebuah perusahaan terkenal atau dengan seorang gubernur. Dari perkataan orang itu, kita bisa memperoleh informasi tentang orang itu.[16]
Dengan demikian, proses interaksi sosial dapat dipengaruhi oleh hal-hal di atas yang terkadang kita anggap sebagai hal wajar. Tetapi pada kenyataannya setelah kita amati, bahwa terdapat pengaruh antara proses interaksi sosial dengan ciri seseorang yang dibawa sejak lahir maupun dari gaya hidupnya. Seperti warna kulit, bentuk tubuh, usia misalnya yang akan membedakan cara berinteraksi ketika dengan sesama usianya, dengan yang lebih tua darinya. Gaya berbicaranya akan berbeda jika berinteraksi dengan orang yang lebih tua, maka akan digunakan bahasa yang lebih halus, lembut, sopan. Begitu juga dalam hal wacana, orang yang mempunyai wacana luas ketika berinteraksi dengan orang yang juga berwawasan luas maka interaksi antara keduanya akan nyambung. Berbeda dengan ketika yang diajak berinteraksi adalah orang yang jauh tidak mempunyai wacana, maka pembicaraan akan terkesan monoton hanya dikuasai oleh yang berwawawan luas. Jadi, beberapa hal di atas menurut Karl and Yoels cukup berpengaruh dalam proses interaksi sosial. Tetapi, meskipun demikian, kita sebagai manusia tidak boleh terlalu membeda-bedakan satu sama lain dilihat dari status mereka, karena dalam Firman Allah surat  An-Nahl ayat 97:
ô`tB Ÿ@ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @Ÿ2sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym Zpt6ÍhŠsÛ ( óOßg¨YtƒÌôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$Ÿ2 tbqè=yJ÷ètƒ ÇÒÐÈ  
Yang artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Dari ayat di atas maka sudah jelas bahwa Usia, jenis kelamin, etnis dan kedudukan sosial tidak mendapat perhatian di sisi Allah. Tolak ukur utama di sisi Allah adalah iman dan amal shaleh. Sehingga sudah seharusnya kita sebagai makhluk ciptaan Allah tidak membeda-bedakan dalam menjalin hubungan.


[1] Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Bandung: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP), 2007. Hlm. 92
[2] Diyo-Experience. 2013. Makalah Tentang Interaksi Sosial. (Online). (http://diyo-experience.blogspot.com/2013/12/makalah-tentang-interaksi-sosial.html, diakses 09 Marert 2015).
[3] Muhammad Ziaul Haq Belajar untuk Hidup, Hidup untuk Belajar. 2013. Makalah Interaksi Sosial. (online). (http://ziaulmuhammad.blogspot.com/2013/02/makalah-interaksi-sosial_6.html, diakses 13 Maret 2015).
[4] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[5] Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Bandung: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP), 2007. Hlm. 92-94

[6] Diyo-Experience. 2013. Makalah Tentang Interaksi Sosial. (Online). (http://diyo-experience.blogspot.com/2013/12/makalah-tentang-interaksi-sosial.html, diakses 09 Marert 2015).
[7] MGMP Sosiologi. Bahan Ajar Sosiologi Berdasarkan KTSP SMA Kelas X Semester Ganjil. (Lamongan : Karya Pustaka Mandiri). 2009. Hlm. 30-31
[8] BelajarPknMbedun. 2013. Kumpulan Tugas Makalah Sosiologi Interaksi Sosial. (online). (http://pknmbedun.blogspot.com/2013/06/makalah-sosiologi-interaksi-sosial.html , diakses 13 Maret 2015)
[9] Abdulsyani. Sosiologi.  (Jakarta: PT. Bumi Aksara). 2012. Hlm. 153-154
[10] Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Bandung: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP), 2007. Hlm. 95-97
[11] MGMP Sosiologi. Bahan Ajar Sosiologi Berdasarkan KTSP SMA Kelas X Semester Ganjil. (Lamongan : Karya Pustaka Mandiri). 2009. Hlm. 31
[12] Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Bandung: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP), 2007. Hlm. 92-94
[13] MGMP Sosiologi. Bahan Ajar Sosiologi Berdasarkan KTSP SMA Kelas X Semester Ganjil. (Lamongan : Karya Pustaka Mandiri). 2009. Hlm. 33
[14] Kuswanto dan Bambang Siswanto. Sosiologi. (Solo: Tiga Serangkai). 2003. Hlm 55
[15] MGMP Sosiologi. Bahan Ajar Sosiologi Berdasarkan KTSP SMA Kelas X Semester Ganjil. (Lamongan : Karya Pustaka Mandiri). 2009. Hlm.34
[16] MGMP Sosiologi. Bahan Ajar Sosiologi Berdasarkan KTSP SMA Kelas X Semester Ganjil. (Lamongan : Karya Pustaka Mandiri). 2009. Hlm.36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar