Jumat, 21 Agustus 2015

DESENTRALISASI FISKAL POLITIK DAN PERUBAHAN KEBIJAKAN 1974-2004


Tema kajian dalam buku Desentralisasi Fiskal-Politik dan Perubahan Kebijakan 1974-2004 adalah proses perumusam kebijakan desentralisasi fiskal dan berbagai perubahannya di Indonesia. Ada banyak aspek dari kebjakan desentralisasi di Indonesia, tetapi buku ini lebih memusatkan perhatiannya pada masalah fiskal. Desentralisasi fiskal, yang merupakan penyerahan kewenangan di bidang keuangan antar level pemerintahan yang mencakup bagaimana pemerintah pusat mengalokasikan sejumlah besar dana dan atau sumber-sumber daya ekonomi kepada daerah untuk dikelola menurut kepentingan dan kebutuhan daerah itu sendiri. Bagi daerah, desentralisasi fiskal berfungsi untuk menentukan jumlah uang yang akan digunakan pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kepastian mengenai jumlah alokasi dan mekanisme penyaluran akan menjadi bahan pengambilan keputusan bagi pemerintah daerah untuk merencanakan jenis dan tingkat pelayanan yang dapat diberikan kepada masyarakat. Pada intinya, desentralisasi fiskal berupaya memberikan jaminan kepastian bagi pemerintah daerah bahwa ada penyerahan kewenangan dan sumber-sumber pendapatan yang memadai untuk memberikan pelayanan publik dengan standar yang telah ditentukan. Tetapi pola desentralisasi fiskal yang hingga sekarang diterapkan di Indonesia masih terfokus pada otonomi pembiayaan, bukan pada otonomi pendapatan. Sekalipun daerah memiliki kewenangan untuk menggali sumber-sumber pendapatan sendiri tetapi ada pengecualian terhadap ekplorasi SDA. Oleh karena itu, pola transfer keuangan dari pusat ke daerah masih menjadi elemen penting untuk menunjang kapasitas keuangan daerah. Walaupun perdebatan mengenai manfaat dari desentralisasi fiskal di Indonesia masih terus berlangsung, kini timbul suatu harapan besar bahwa desentralisasi fiskal mampu memberi manfaat sebagai pelayanan umum, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pengentasan orang miskin, manajemen ekonomi makro yang lebih baik, serta sistem tata pemerintahan yang baik.
Salah satu penentu usaha Indonesia ke arah demokratisasi ialah perubahan kebijakan menyangkut hubungan fiskal antar-jenjang pemerintahan (inter-governmental fiscal relations). Dalam buku ini dijelaskan bahwa ada dua fase kebijakan yang disajikan, yaitu kebijakan fiskal yang lebih terpusat di bawah UU No.5/1974 yang ditetapkan oleh pemerintah Orde Baru, dan kebijakan yang relatif lebih terdesentralisasi di bawah UU No.25/1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No.33/2004. Rezim Orde Baru menggunakan pendapatan minyak untuk membeli ketaatan daerah melalui dua instrumen dasar: dana SDO yang bertujuan untuk membiayai mesin birokrasi daerah, dan subsidi Inpres yang digunakan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi daerah. Krisis ekonomi dan tumbangnya pemerintah Orde Baru telah mengubah hubungan fiskal pusat terhadap daerah. Kebijakan pada tahun 1999 menunjukkan bahwa daerah-daerah yang kaya dengan sumber daya alam berhasil memperjuangkan ketentuan mengenai bagi-hasil. Namun pelaksanaan dari undang-undang serta perkembangan-perkembangan baru menunjukkan kesinambungan kebijakan pokok di bawah pemerintahan yang tersentralisasi. Pembahasan dalam buku ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan tetapi sekaligus juga kesinambungan dalam kebijakan desentralisasi fiskal. Ada empat faktor utama yang kemungkinan akan mempengaruhi masa depan kebijakan desentralisasi fiskal, yaitu: keberhasilan skema bagi-hasil dalam memuaskan tuntutan daerah-daerah kaya sumber daya alam; negosiasi politik mengenai subsidi DAU untuk mencapai formula pemerataan horisontal antar daerah, penyelesaian masalah alokasi belanja daerah, dan persoalan pelayanan publik dan akuntabilitas fiskal di tingkat daerah.
Tugas untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut di atas baru dimulai, dan bagaimana hasil dari pelaksanaan tugas itu sangat ditentukan oleh keberhasilan kerangka kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia selanjutnya. Salah satu kesimpulan akhir yang perlu direnungkan ialah bahwa kesulitan-kesulitan untuk menghadapi tantangan tersebut tampaknya disebabkan oleh lemahnya Negara (weak state, soft state) Indonesia secara keseluruhan.

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU

A.    Kelebihan
1.      Buku ini banyak mengkaji tentang proses perumusan kebijakan desentralisasi fiskal dan berbagai perubahannya di Indonesia yang berlangsung antara periode tahun 1974-2004 secara gamblang dan memuaskan siapa saja yang membaca buku ini.
2.      Penulis mengangkat beberapa tema besar dalam buku ini diantaranya: Peralihan kekuasaan dan keterpurukan ekonomi; Restrukturisasi politik, sentralisasi fiskal, kebijakan keuangan daerah-pusat, kelemahan administrasi dan control; Transisi kebijakan orde baru; Pelaksanaan Desentralisasi ditengah kemelut politik; Politik birokratis dan akuntabilitas fiskal; serta Gagasan baru dalam Kebijakan Fiskal.
3.      Kajian dalam buku ini bersifat empiris dalam arti bahwa tujuannya adalah untuk memaparkan proses kebijakan, apa yang benar-benar terjadi, mengapa, dan apa saja hasilnya, yang berkenaan dengan desentralisasi fiskal di Indonesia.
4.      Dari segi kerangka waktu, kajian dalam buku ini meliputi tiga dasawarsa antara periode tahun 1974 hingga 2004. Ada tiga episode penting dari perkembangan kebijakan desentralisasi dalam periode ini. Dari tiga episode itu digambarkan secara jelas dalam buku ini.
5.      Jika dibandingkan dengan buku lain yang juga membahas tentang aspek-aspek politik dari desentralisasi fiskal  dan hanya terfokus pada aspek-aspek ekonomis, administrative atau teknis dari desentralisasi fiskal. Dalam buku ini sudah membahas tentang keterkaitan antara isu-isu politik pada tingkat makro dengan isu-isu fiskal dan atau administrative di dalam desentralisasi.
6.      Pada tiap-tiap bab terdapat rangkuman sehingga pembaca akan lebih mudah dalam memahami, ketika belum paham di isinya.
B.     Kelemahan
1.      Banyak sekali aspek dalam kebijakan desentralisasi fiskal, namun kajian dalam buku ini hanya memusatkan perhatian pada masalah-masalah fiskal.
2.      Buku yang terlihat kurang menarik, karena tidak adanya gambar dan hanya monoton pada isi dan beberapa table saja. Sehingga memberi kesan akan cepat bosan dalam membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar