
Salah satu penentu usaha Indonesia ke arah
demokratisasi ialah perubahan kebijakan menyangkut hubungan fiskal
antar-jenjang pemerintahan (inter-governmental fiscal relations). Dalam buku
ini dijelaskan bahwa ada dua fase kebijakan yang disajikan, yaitu kebijakan
fiskal yang lebih terpusat di bawah UU No.5/1974 yang ditetapkan oleh
pemerintah Orde Baru, dan kebijakan yang relatif lebih terdesentralisasi di
bawah UU No.25/1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No.33/2004. Rezim Orde
Baru menggunakan pendapatan minyak untuk membeli ketaatan daerah melalui dua
instrumen dasar: dana SDO yang bertujuan untuk membiayai mesin birokrasi
daerah, dan subsidi Inpres yang digunakan untuk meningkatkan pembangunan
ekonomi daerah. Krisis ekonomi dan tumbangnya pemerintah Orde Baru telah
mengubah hubungan fiskal pusat terhadap daerah. Kebijakan pada tahun 1999
menunjukkan bahwa daerah-daerah yang kaya dengan sumber daya alam berhasil
memperjuangkan ketentuan mengenai bagi-hasil. Namun pelaksanaan dari undang-undang
serta perkembangan-perkembangan baru menunjukkan kesinambungan kebijakan pokok
di bawah pemerintahan yang tersentralisasi. Pembahasan dalam buku ini
menunjukkan bahwa terdapat perubahan tetapi sekaligus juga kesinambungan dalam
kebijakan desentralisasi fiskal. Ada empat faktor utama yang kemungkinan akan
mempengaruhi masa depan kebijakan desentralisasi fiskal, yaitu: keberhasilan
skema bagi-hasil dalam memuaskan tuntutan daerah-daerah kaya sumber daya alam;
negosiasi politik mengenai subsidi DAU untuk mencapai formula pemerataan
horisontal antar daerah, penyelesaian masalah alokasi belanja daerah, dan
persoalan pelayanan publik dan akuntabilitas fiskal di tingkat daerah.
Tugas untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut di
atas baru dimulai, dan bagaimana hasil dari pelaksanaan tugas itu sangat
ditentukan oleh keberhasilan kerangka kebijakan desentralisasi fiskal di
Indonesia selanjutnya. Salah satu kesimpulan akhir yang perlu direnungkan ialah
bahwa kesulitan-kesulitan untuk menghadapi tantangan tersebut tampaknya
disebabkan oleh lemahnya Negara (weak state, soft state) Indonesia secara
keseluruhan.
KELEBIHAN DAN
KELEMAHAN BUKU
A.
Kelebihan
1.
Buku ini banyak mengkaji tentang
proses perumusan kebijakan desentralisasi fiskal dan berbagai perubahannya di
Indonesia yang berlangsung antara periode tahun 1974-2004 secara gamblang dan
memuaskan siapa saja yang membaca buku ini.
2.
Penulis mengangkat beberapa tema
besar dalam buku ini diantaranya: Peralihan kekuasaan dan keterpurukan ekonomi;
Restrukturisasi politik, sentralisasi fiskal, kebijakan keuangan daerah-pusat,
kelemahan administrasi dan control; Transisi kebijakan orde baru; Pelaksanaan
Desentralisasi ditengah kemelut politik; Politik birokratis dan akuntabilitas
fiskal; serta Gagasan baru dalam Kebijakan Fiskal.
3.
Kajian dalam buku ini bersifat
empiris dalam arti bahwa tujuannya adalah untuk memaparkan proses kebijakan,
apa yang benar-benar terjadi, mengapa, dan apa saja hasilnya, yang berkenaan
dengan desentralisasi fiskal di Indonesia.
4.
Dari segi kerangka waktu, kajian
dalam buku ini meliputi tiga dasawarsa antara periode tahun 1974 hingga 2004.
Ada tiga episode penting dari perkembangan kebijakan desentralisasi dalam
periode ini. Dari tiga episode itu digambarkan secara jelas dalam buku ini.
5.
Jika dibandingkan dengan buku lain
yang juga membahas tentang aspek-aspek politik dari desentralisasi fiskal dan hanya terfokus pada aspek-aspek ekonomis,
administrative atau teknis dari desentralisasi fiskal. Dalam buku ini sudah
membahas tentang keterkaitan antara isu-isu politik pada tingkat makro dengan
isu-isu fiskal dan atau administrative di dalam desentralisasi.
6.
Pada tiap-tiap bab terdapat
rangkuman sehingga pembaca akan lebih mudah dalam memahami, ketika belum paham
di isinya.
B.
Kelemahan
1.
Banyak sekali aspek dalam kebijakan
desentralisasi fiskal, namun kajian dalam buku ini hanya memusatkan perhatian
pada masalah-masalah fiskal.
2.
Buku yang terlihat kurang menarik,
karena tidak adanya gambar dan hanya monoton pada isi dan beberapa table saja.
Sehingga memberi kesan akan cepat bosan dalam membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar