BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Lingkungan
sosial budaya adalah
hubungan timbal balik atau interaksi antara masyarakat dengan lingkungan. Manusia yang dalam hal ini adalah terdiri dari orang-orang secara individual maupun kelompok
dan terbentuk menjadi sebuah masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan lingkungan sekitar. Keduanya saling mempengaruhi. Pengaruh alam terhadap
manusia lebih bersifat pasif, sedangkan pengaruh manusia terhadap alam lebih
bersifat aktif. Karena, manusia mempunyai kemampuan untuk mengeksploitasi alam
sehingga mampu mengubah alam sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Semakin
tinggi kebudayaan manusia, maka akan semakin beranekaragam kebutuhan hidupnya.
Hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap perhatian manusia terhadap lingkungan
alam. Meskipun, alam tidak memiliki keinginan dan
kemampuan aktif untuk melakukan eksploitasi, namun secara
tidak langsung akan terasa pengaruhnya bagi lingkungan dan kehidupan
manusia. Lingkungan
sosial budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi
sosial, termasuk di dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang terdapat
dalam lingkungan sosial tertentu. Lingkungan sosial budaya terbentuk mengikuti keberadaan
manusia di muka bumi. Dalam hal Ini berarti, bahwa lingkungan sosial budaya sudah ada sejak manusia atau homo
sapiens ini ada atau diciptakan.
Sebagaimana diketahui bahwa
kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) seiring perkembangan manusia itu
sendiri, oleh karenanya tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami
perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya
menuju ke arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat turut mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan,
tingkah laku termasuk pada hidupnya. Di dalam masyarakat akan terlihat dengan
jelas masyarakat yang mendapat pengaruh perubahan sosial budaya dan masyarakat
yang tidak mendapat pengaruh. Perubahan-perubahan masyarakat dapat
mengenai nilai-nilai sosial norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi,
susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan
wewenang interaksi sosial. Seperti,
contoh sederhana yang dapat kita lihat secara langsung akibat dari perubahan
tekhnologi. Sekarang ini sudah jarang sekali kita temukan orang berinteraksi
dalam jarak jauh menggunakan via surat, akan tetapi, saat ini yang kita temui
adalah semua masyarakat sudah membudaya menggunakan telepon seluler (HP) untuk
menjalin komunikasi. Semua kalangan mulai dari yang anak kecil samapai
kakek-nenek menggunakan gadget, akibatnya banyak juga bermunculan dampak
negative penyalahgunaan gadget.
Berbagai masalah sosial
sesungguhnya telah terwujud jika masyarakat yang bersangkutan berada dalam
suatu proses perubahan sosial dan kebudayaan yang cepat, yang khususnya adalah
disebabkan oleh perubahan tekhnologi. Suatu hal dikatakan sebagai masalah
sosial, biasanya dirasakan oleh masyarakat-masyarakat yang sedang berkembang
atau masyarakat-masyarakat yang sudah maju atau kompleks.[1]
Masyarakat umum dan
masyarakat Indonesia pada khususnya, hendaknya menyikapi perubahan apapun yang
terjadi secara selektif. Masyarakat Indonesia harus mampu mempertimbangkan
kekurangan dan kelebihan setiap perubahan sosial dan budaya. Perubahan tersebut
harus diantisipasi dengan perilaku-perilaku yang positif. Jangan sampai pada
saat terjadi perubahan sosial dan budaya, masyarakat Indonesia belum punya
pegangan nilai dan norma yang kokoh, sehingga terjadi keadaan anomie. Selain itu, masyarakat Indonesia
hendaknya jangan terlalu bersikap apriori terhadap perubahan sosial dan budaya,
hingga tidak ingin menerima perubahan sama sekali. Sikap apriori ini
menyebabkan ketertinggalan kebudayaan. Kita sadari bahwa perubahan sosial dan
budaya akan terjadi dalam masyarakat selama masyarakat itu masih ada. Sikap
terbaik kita adalah haros selektif dalam menerima perubahan, kita harus mampu
memilih yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat.
A. Rumusan Masalah
1.
Apa saja jenis lingkungan sosial?
2.
Bagaimana pola perubahan sosial
budaya?
3.
Faktor apa saja yang mempengaruhi
perubahan lingkungan sosial budaya?
4.
Faktor apa saja yang mendorong
perubahan lingkungan sosial budaya?
5.
Bagaimana dampak dari modernisasi dan
globalisasi?
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa saja jenis
lingkungan sosial.
2.
Untuk mengetahui pola perubahan
sosial budaya.
3.
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
perubahan lingkungan sosial budaya.
4.
Untuk mengetahui faktor pendorong
perubahan lingkungan sosial budaya.
5.
Untuk mengetahui dampak dari
modernisasi dan globalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis Lingkungan Sosial
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap
pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosio-psikologis, yang termasuk di dalamnya adalah proses belajar. Seperti
yang dijelaskan di awal bahwa lingkungan sosial budaya adalah hubungan timbal
balik atau suatu interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan lingkungannya,
di mana keduanya adalah saling memberikan pengaruh untuk satu sama lain.
Dalam hal ini lingkungan sosial dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Lingkungan Sosial Primer
Lingkungan
sosial primer adalah lingkungan di mana kumpulan-kumpulan masyarakat yang ada di
dalam lingkungan tersebut memiliki hubungan yang erat dan saling mengenal baik. Contohnya, masyarakat-masyarakat di
pedesaan atau di daerah pinggir perkotaan kebanyakan adalah termasuk dari
lingkungan sosial primer. Karena, di tempat tinggal mereka sifat
kebersamaan, gotong royong, kekeluargaan, menjaga silaturahmi masih sangat
kental di dalamnya. Dalam masyarakat tersebut masih menjunjung tinggi adanya
nilai-nilai sosial seperti kekeluargaan, kesopanan dan lain-lain. Sehingga antara warga satu
dengan yang lainnya cenderung saling mengenal baik satu
sama lain, keep contact, dan
lebih bersifat sosialis (tidak individualis).
2. Lingkungan Sosial Sekunder
Lingkungan sosial
sekunder adalah kebalikan dari lingkungan sosial primer, lingkungan sosial
sekunder adalah lingkugan sosial di mana masyarakat yang ada di dalamnya cenderung
individualis, cuek, bersikap acuh tak acuh kepada sesamanya. Contohnya, masyarakat di
komplek-komplek perkotaan, mereka cenderung tidak mengenal satu sama lainnya di
lingkungan tempat tinggal mereka, tidak peduli akan sesamanya. Nilai-nilai sosial dalam lingkungan sosial
sekunder sangat sedikit sekali yang mengamalkan.[2]
Sebagai makhluk
sosial, manusia tentu tidak akan lepas dari manusia lainnya. Sehingga, hal
tersebut mengharuskan manusia agar berusaha sebaik mungkin dalam berinteraksi
dengan sesamanya, dan menjalin hubungan yang baik dengan manusia lain maupun
lingkungan sekitarnya.
Lingkungan sosial
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan kepribadian seseorang.
Lingkungan yang baik tentu akan membawa pengaruh baik terhadap seseorang
tersebut, dan sebaliknya lingkungan yang buruk akan membawa pengaruh yang buruk
pula terhadap seseorang tersebut, terlebih jika seseorang itu tidak memiliki
pondasi yang kuat dalam membawa dirinya.
B.
Pola Perubahan Sosial Budaya
Lingkungan
sosial budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah
penduduk dan perilakunya yang terdapat dalam lingkungan spasial tertentu.
Ada beberapa pola-pola
perubahan sosial budaya, di antaranya yaitu:
1.
Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul di mana
suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu yang mereka miliki dihadapkan
dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing. Sehingga kebudayaan asing itu
lambat laun akan diterima atau diresap dan diolah ke dalam
kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur
kebudayaan asli dari kelompok itu sendiri.
Proses akulturasi itu memang ada sejak dahulu kala
dalam sejarah kebudayaan manusia, tetapi proses akulturasi yang mempunyai sifat
yang khusus baru timbul ketika kebudayaan bangsa-bangsa di Eropa Barat mulai
menyebar ke semua daerah lain di muka bumi ini. Seperti yang telah kita ketahui
bahwa sejak dahulu kala dalam sejarah kebudayaan manusia ada gerak migrasi
yaitu gerak perpindahan dari suku-suku bangsa di muka bumi.
Migrasi tersebut tentu mengakibatkan
pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang
berbeda-beda dan akibatnya adalah individu-individu dalam kelompok-kelompok itu
dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing. Dengan demikian terjadilah
akulturasi budaya di antara kelompok-kelompok tersebut. Dengan kata lain yaitu masuknya budaya asing ke dalam
suatu kebudayaan di suatu masyarakat dengan tidak menghilangkan kebudayaan yang
asli di masyarakat tersebut.
2. Asimilasi
Asimilasi adalah pencampuran
dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli
sehingga membentuk kebudayaan
campuran. Biasanya golongan yang ikut dalam suatu proses asimilasi adalah suatu golongan
mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini golongan minoritas lah
yang kebanyakan melakukan atau mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan
dan menyesuaikannya dengan kebudayaan golongan mayoritas secara sedemikian rupa
sehingga lambat laun kehilangan kebudayaannya, dan masuk ke dalam kebudayaan
mayoritas.
Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi
perbedaan antara golongan atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu,
usaha-usaha yang dilakukan asimilasi
meliputi, mempererat
kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta
tujuan bersama.
3.
Difusi
Difusi adalah suatu proses penyebaran unsur-unsur
budaya dari suatu kelompok ke kelompok lainnya. Difusi berlangsung baik di
dalam masyarakat maupun antar masyarakat. Difusi terjadi manakala beberapa
masyarakat saling berhubungan. Masyarakat juga dapat mengelakkan diri dari
difusi dengan cara mengeluarkan larangan dilakukannya kontak dengan masyarakat
lain.[3] difusi disebut sebagai penyebaran unsure-unsur budaya dimana penyebaran
unsur-unsur kebudayaan biasanya dibawa oleh sekelompok manusia dari suatu
kebudayaan yang melakukan migrasi ke suatu tempat. Bentuk Penyebaran kebudayaan
itu dapat terjadi dengan berbagai cara:
a.
Adanya individu-individu
tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaannya ke tempat yang jauh. Misalnya
para pelaut dan musafir. Mereka pergi hingga jauh ke suatu tempat dan mereka membawa kemudian menyebarkan
budaya-budaya mereka.
b.
Penyebaran unsur-unsur
kebudayaan yang dilakukan oleh individu-idividu dalam suatu kelompok dengan
adanya pertemuan antara individu-individu kelompok yang lain. Di sinilah terjadi proses
difusi budaya di mana
mereka saling mempelajari dan saling memahami antara budaya mereka
masing-masing.
Cara
lain adalah adanya bentuk hubungan perdagangan, di mana para pedagang masuk ke
suatu wilayah dan unsur-usur budaya pedagang tersebut masuk ke dalam kebudayaan
penerima tanpa disengaja.
Contoh dari proses budaya seperti pada kasus keberadaan musik Jazz yang
sekarang ini hamper keberadaannya sudah mendunia. Musik Jazz berawal dari
kalangan pemusik kulit hitam New Orleans, kemudian menyebar ke
kelompok-kelompok lain yang ada dalam masyarakat. Beberapa lama setelah itu,
jenis musik tersebut menyebar ke masyarakat lain, dan dewasa ini telah menyebar
di berbagai pelosok dunia.
4.
Evolusi
Evolusi
merupakan perubahan yang dialami suatu masyarakat yang biasanya berkembang dari
tingkat sederhana ke tingkat yang lebih kompleks. Di mana perubahan ini terjadi
dalam waktu yang lama dan melalui beberapa tahapan-tahapan. Sehingga ketika dalam proses
perkembangannya unsur-unsur kebudayaan suatu masyarakat itu juga ikut mengalami
perubahan yang mana disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Evolusi yang umum
biasanya menunjukkan pada kemajuan umum dari masyarakat manusia ke dalam
bentuk-bentuk yang lebih tinggi, bangkit dari kelemahan dan melampaui
bentuk-bentuk yang lebih terbelakang.
5.
Pembaruan
Atau Inovasi
Inovasi
atau pembaruan adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber
alam, energi, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru
yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi dan dibuatnya produk-produk
yang baru.
Dari
hal itu maka
dapat dilihat pembaharuan
kebudayaan khususnya mengenai unsur teknologi dan ekonomi. Dalam proses
pembaruan ini biasanya tidak terlepas dengan penemuan (discovery) dan ciptaan baru (invention)
dalam teknologi karena pembaruan sangat erat kaitannya dengan kedua hal
tersebut.
Discovery
merupakan suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa
suatu alat baru dan ide baru, yang diciptakan oleh seorang individu maupun
sekelompok orang dalam masyarakat bersangkutan.[4]
Sedangkan
ciptaan baru (invention) adalah suatu
bentuk baru baik dalam berupa benda atau pengetahuan yang dilakukan dengan
melalui proses penciptaan yang mana penciptaan ini didasarkan dengan
penggabungan dari pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda atau
gejala.
Invensi yaitu suatu kombinasi baru atau cara
penggunaan baru dari pengetahuan yang sudah ada. Invensi atau biasa disebut
dengan evolusi dapat dibagi ke dalam dua klasifikasi, yaitu:
a. Invensi material, misalnya busur dan anak panah,
telepon dan pesawat terbang.
Pada
kedua ragam invensi tersebut unsur-unsur lama digunakan, dikombinasikan, dan
dikembangkan untuk suatu kegunaan baru. Dengan demikian proses ini merupakan
suatu proses perubahan yang terjadi secara berkesinambungan.
Koentjaraningrat
mengatakan bahwa discovery baru
menjadi invention apabila masyarakat
sudah mengakui, menerima dan menerapkan penemuan baru tersebut.
Koentjaraningrat juga mengatakan bahwa ada tiga hal factor pendorong adanya
penemuan baru. Ketiga faktor
pendorong tersebut,
yaitu:
a.
Kesadaran para individu akan
kekurangan dalam kebudayaan
b.
Mutu keahlian dalam suatu kebudayaan
c.
Sistem perangsang bagi
aktivitas mencipta dalam masyarakat.
Ketiga
hal inilah yang mendorong akan
adanya penemuan baru. Di mana
setelah diterapkannya dan digunakannya penemuan baru tersebut maka disaat itu
juga unsur-unsur kebudayaan dari suatu masyarakat tersebut ikut mengalami
perubahan. Yang mana
perubahan yang terjadi mungkin akan
berlangsung secara disadari atau tidak disadari
oleh masyarakat tersebut.
C. Faktor yang Mempengaruhi
Perubahan Lingkungan Sosial Budaya
Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat, baik yang menguntungkan atau positif maupun yang tidak menguntungkan
atau negatif. Contoh perubahan yang positif adalah perubahan pola pikir
masyarakat dari pandangan yang menganggap bahwa dua anak saja cukup. Perubahan
pola pikir itu membawa pengaruh yang positif bagi masyarakat, karena
kesejahteraan dan pendidikan anak menjadi lebih terjamin. Sementara itu
Soerjono Soekanto menyebutkan adanya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan sosial dalam masyarakat. Berikut adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan lingkungan sosial budaya, yaitu:
1.
Faktor Geografis
Temperatur
yang terlalu tinggi, adanya badai atau gempa bumi, memberi pengaruh pada
manusia. Sedikit banyaknya sumber-sumber kekayaan alam akan sangat menentukan
jenis kehidupan yang dialami. Meskipun
perubahan besar dalam segi lingkungan fisik jarang terjadi, namun bila
perubahan seperti itu benar-benar terjadi, maka pengaruhnya sangatlah besar.
Misalnya, bencana lumpur Lapindo yang terjadi di Sidoarjo dahulu Sidoarjo
merupakan daerah yang sangat tentram dengan banyak industry dan pemukiman yang
damai di sana. Namun, setelah terjadi bencana lumpur Lapindo saat ini berubah
menjadi lahan tandus penuh lumpur, dan tidak berpenghuni karena semua
masyarakat yang awalnya tinggal dan bekerja di sana sekarang telah menyebar
mencari tempat lain sehingga mempengaruhi perubahan sosial budaya. Walaupun
perubahan seperti itu terjadi secara lamban, sehingga banyak di antaranya tidak
diperhatikan, tetapi, sangat berpengaruh terhadap kebudayaan. Kelalaian manusia
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada lingkungan
geografis, yang pada saat itu akan merubah kehidupan sosial dan budaya
masyarakat. Selain contoh bencana lumpur Lapindo, contoh lain adalah tanah pertanian yang sekarang ini banyak dijadikan perumahan-perumahan dan pabrik-pabrik yang menimbulkan
perubahan pola gaya hidup masyarakat
di sekitarnya.
2.
Faktor Teknologi
Penggunaan alat-alat transportasi dan
komunikasi yang canggih banyak memberi kemudahan bagi masyarakat untuk
berkomunikasi dan menerima informasi baru dari luar dalam waktu yang relatif
singkat sehingga dapat berdampak positif maupun negatif.
3.
Faktor Ideologi
Ideologi dasar yang terdiri dari keyakinan
dan nilai-nilai yang bersifat kompleks dapat dijadikan alat untuk memelihara,
tetapi ia akan membantu mempercepat timbulnya perubahan jika
keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai tersebut tidak lagi dapat memenuhi tuntutan
kebutuhan masyarakat.
4.
Faktor Kepemimpinan
Perubahan-perubahan sosial seringkali
dipelopori oleh pemimpin yang kharismatik karena mereka mampu menarik
pengikut-pengikut dalam jumlah besar yang akan bergabung dengan mereka dalam
gerakan sosial.
Contoh: Martin Luther King, Gandhi dan
Soekarno-Hatta, gerakan yang dipimpin oleh ketiga orang tersebut berhasil
karena pengikut mereka menaruh kepercayaan penuh.
5.
Faktor Penduduk.
Perubahan penduduk itu sendiri
merupakan suatu perubahan sosial. Di samping itu, perubahan penduduk juga
merupakan faktor penyebab timbulnya perubahan sosial dan budaya. Peningkatan dan penurunan jumlah penduduk secara radikal dapat menjadi
penyebab terjadinya perubahan sosial. Pertambahan penduduk berdampak pada
pengangguran, kemiskinan, kriminalitas dan sebagainya. Pengurangan jumlah
penduduk secara drastis misalnya karena bencana alam dapat mengakibatkan
perubahan penduduk di bidang organisasi sosial, seperti dibentuknya
relawan-relawan kesetiakawanan sosial.[6]
D. Faktor
Pendorong Perubahan Lingkungan Sosial Budaya
Seperti yang telah dijelaskan pada ayat Al-Quran surat Al-Ra’d ayat 11:
¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷yt ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts ô`ÏB ÌøBr& «!$# 3 cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3
!#sÎ)ur y#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß xsù ¨ttB ¼çms9 4
$tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrß `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ
Yang
artinya: bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.
Dari
ayat di atas kita dapat mengetahui bahwa
kita sebagai umat Islam diharuskan untuk merubah nasib kita sendiri. Karena
Allah tidak akan mengubah nasib seseorang kecuali seseorang itu merubah nasib
nya sendiri.
Selain
penjelasan dari ayat di atas, terdapat beberapa faktor yang menjadi pendorong
untuk melakukan suatu perubahan lingkungan sosial budaya, yaitu:
1.
Kontak dengan Budaya Lain
Kontak merupakan proses
penyampaian informasi tentang ide, keyakinan, dan hasil-hasil budaya. Adanya
kontak dengan budaya lain menjadikan satu kebudayaan bertemu dan saling
bertukar informasi. Misalnya kontak dagang antara pedagang nusantara dengan
pedagang India, Arab, dan Barat. Kebudayaan mereka saling mempengaruhi yang
akhirnya membawa perubahan sosial budaya. Oleh karena itu, seringnya melakukan
kontak dengan budaya lain akan mempercepat laju perubahan sosial budaya.
2.
Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Tidak adanya apresiasi
terhadap karya orang lain menjadikan seseorang enggan untuk berkarya. Namun,
akan berbeda jika setiap orang menghargai hasil karya orang lain. Setiap orang
akan berlomba-lomba menciptakan suatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat.
Karya-karya inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya. Penemuan
pesawat terbang mengilhami Prof. Dr. Ing.B.J. Habibie untuk mendirikan pabrik
pesawat di Bandung.
3.
Sistem Pendidikan yang Maju
Pendidikan
mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan objektif. Dengan kemampuan
tersebut, seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang sesuai dengan
kebutuhan serta kebudayaan yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
Berbekal pengetahuan itu seseorang melakukan perubahan pada kebudayaan jika
dirasa perlu. Oleh karena itu, sistem pendidikan tinggi mampu mendorong
munculnya perubahan sosial budaya.
4.
Keinginan untuk Maju
Tidak ada seorang pun yang
puas dengan keadaan sekarang. Mereka umumnya menginginkan sesuatu yang lebih
baik dari keadaan saat ini. Oleh karena itu, orang akan melakukan berbagai
upaya guna melakukan perubahan hidup yang tentunya ke arah kemajuan. Misalnya
seorang pelajar mengikuti kursus komputer untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan komputer.
5.
Toleransi terhadap Perubahan
Sikap toleransi dibutuhkan
untuk mempercepat laju perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Adanya sikap
toleransi menjadikan masyarakat lebih mudah menerima halhal baru. Masyarakat
akan menerima hal-hal baru yang dirasa membawa kebaikan.
6.
Penduduk yang Heterogen
Masyarakat yang heterogen
memudahkan terjadinya perubahan sosial budaya. Hal ini dapat dilihat pada
masyarakat Indonesia. Penduduk Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku, ras,
dan ideologi. Perbedaan-perbedaan yang ada tidak selamanya membawa keuntungan
bagi Indonesia. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik jika tidak
disertai dengan rasa toleransi yang tinggi. Konflik-konflik inilah yang
mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
7.
Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu
Setiap orang tidak akan
pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai cara dan upaya mereka lakukan
untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas terhadap keadaan mendorongnya
melakukan berbagai perubahan. Hal ini pun terjadi pada masyarakat Indonesia ketika
reformasi digulirkan. Rasa tidak puas terhadap pemerintahan saat itu mendorong
masyarakat menuntut perubahan secara total.
8. Sistem Pelapisan
Terbuka
Sistem pelapisan terbuka
memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal yang lebih tinggi. Sistem ini
memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju. Kesempatan untuk menaiki strata
yang lebih tinggi mendorong seseorang melakukan perubahan ke arah yang lebih
baik.
9.
Orientasi ke Masa Depan (Visioner)
Pandangan yang visioner
mendorong seseorang melakukan beragam perubahan. Bagi mereka masa lalu adalah
sesuatu yang patut untuk dikenang, bukan sebagai pedoman hidup. Masa depan harus lebih baik dari masa
sekarang. Visi inilah yang mendorong seseorang melakukan perubahan.
10. Sikap Mudah Menerima
Hal-Hal Baru
Suatu perubahan akan
berdampak besar jika setiap orang menerima perubahan tersebut. Keadaan ini
menjadi berbeda jika tidak ada seorang pun yang menanggapi perubahan tersebut.
Perubahan akan berlalu begitu saja tanpa ada masyarakat yang mengikutinya. Oleh
karena itu, sikap mudah menerima hal-hal baru mendorong terjadinya perubahan
sosial budaya di masyarakat.
Selain
adanya faktor-faktor pendorong dalam perubahan sosial budaya, terdapat pula
faktor penghambat, di antaranya adalah:
1. Kurangnya Hubungan
dengan Masyarakat Lain
Masyarakat yang kurang
berhubungan dengan masyarakat lain mengalami perubahan yang lamban. Hal ini
dikarenakan masyarakat tersebut tidak mengetahui perkembangan masyarakat lain
yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka terkukung dalam kebudayaan
mereka dan polapola pemikiran yang masih sederhana. Contohnya suku-suku
bangsa yang masih tinggal di pedalaman.
2. Masyarakat yang
Bersikap Tradisional
Umumnya masyarakat
tradisional memegang kuat adat istiadat yang ada. Mereka menolak segala hal
baru yang berkenaan dengan kehidupan sosial. Adat dan kebiasaan
diagung-agungkan. Sikap ini menghambat masyarakat tersebut untuk maju.
3. Pendidikan yang
Rendah
Masyarakat yang
berpendidikan rendah umumnya tidak dapat menerima hal-hal baru. Pola pikir dan
cara pandang mereka masih bersifat sederhana. Mereka umumnya enggan mengikuti
gerak perubahan yang ada. Artinya, masyarakat statis dan tidak mengalami
perubahan yang berarti.
4. Adanya Kepentingan
yang Tertanam Kuat pada Sekelompok Orang (vested interest)
Adanya vested interest yang
kuat dalam suatu kelompok menyebabkan perubahan sulit terjadi. Hal ini
dikarenakan setiap kelompok yang telah menikmati kedudukannya akan menolak
segala bentuk perubahan. Mereka akan berusaha mempertahankan sistem yang telah
ada. Mereka takut adanya perubahan akan mengubah kedudukan dan statusnya dalam
masyarakat.
5. Ketakutan akan
Terjadinya Kegoyahan Integrasi
Terciptanya integrasi
merupakan harapan dan cita-cita masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu,
integrasi merupakan sesuatu yang dilindungi oleh masyarakat. Segala hal baru
ditolak untuk menghindari kegoyahan dalam integrasi masyarakat.
6. Prasangka Buruk
terhadap Unsur Budaya Asing
Sikap demikian sering
dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa asing.
Pengalaman-pengalaman tempo dahulu menyebabkan mereka senantiasa berprasangka
buruk terhadap budaya asing. Akibatnya,
mereka menolak segala hal baru terutama berasal dari bangsa asing, walaupun
akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
7. Hambatan Ideologis
Perubahan yang bersifat
ideologi sangat sulit dilakukan. Hal tersebut dikarenakan setiap orang
memandang ideologi sebagai sebuah pedoman hidup yang paling mendasar. Oleh
karena itu, perubahan yang bersifat ideologis tidak mungkin terjadi terlebih
pada masyarakat tradisional ketika ideologi dipegang kuat dalam kehidupan
sosial.
8. Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan
merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat di dalam memenuhi segala
kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola perilaku tersebut
efektif lagi didalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat
atau kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, system mata pencaharian,
pembuatan rumah, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk di
rubah. [7]
E. Dampak dari Globalisasi dan
Modernisasi
Dampak langsung dari globalisasi dan modernisasi di Indonesia adalah
perubahan sosial budaya di dalam kehidupan masyarakat. Sayangnya perubahan ini
tidak selalu baik, ada juga yang tidak baik dan tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia. Perubahan ini bisa dilakukan siapa saja, baik secara
individu, sekelompok orang, maupun mayoritas masyarakat. Dan inilah
contoh-contoh dampak dari Globalisasi dan Modernisasi sebagai akibat
dari perubahan
sosial budaya yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat di negeri ini :
1. 
Cara
Berkomunikasi



Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merubah
cara kita dalam berkomunikasi. Dulu komunikasi dilakukan dengan surat-menyurat,
tetapi saat ini dilakuan dengan sms atau e-mail. Dulu juga ada yang namanya
telegram dan telegraf, akan tetapi saat ini perannya digantikan dengan telepon,
handphone, dan jejaring sosial. Ini membuktikan bahwa perkembangan teknologi
dapat menyebabkan perubahan budaya di masyarakat. Perubahan budaya dalam hal komunikasi ini tidak hanya membawa dampak
positif, akan tetapi dampak negative juga ikut turun serta memberikan pengaruh.
Seperti kita ketahui gadget saat ini telah digunakan oleh semua kalangan
termasuk anak yang belum sekolah sekalipun. Akibatnya, pengaruh buruk seperti
dewasa sebelum waktunya, penyalahgunaan gadget, sampai pada kasus penculikan
juga terjadi akibat penggunaan gadget yang sekarang ini sedang membudaya di era
modernisasi ini.
2.
Cara
Berpakaian


Seperti yang dapat
dilihat pada gambar di atas bahwa saat ini akibat dari pengaruh globalisasi dan
modernisasi sebagai bangsa Indonesia kita telah banyak kehilangan jati diri
kita, terutama dalam hal berpakaian. Dulu, orang-orang
kita bangga mengenakan pakaian adat dari daerah masing-masing. Tetapi, saat ini
rasanya hal itu sangat sulit dijumpai kecuali kalau ada acara-acara adat. Cara
berpakaian dipengaruhi dari informasi-informasi yang didapatkan dari berbagai
media seperti Televisi dan Internet. Saat ini, cara berpakaian sebagian
masyarakat banyak dipengaruhi oleh budaya barat.
3.
Gaya Hidup


Salah satu dampak dari globalisasi yang terjadi di dalam
masyarakat Indonesia adalah gaya hidup atau lifestyle. Sebagian masyarakat menerapkan gaya hidup yang baik di dalam
kehidupannya seperti menjadi vegetarian,
workaholic, dll. Tetapi ada juga sebagian masyarakat yang terjerumus ke dalam
lifestyle yang tidak baik yang tentu
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia seperti banyak ditemukannya
kasus pengedaran maupun pemakaian narkoba. Baik dari kalangan orang biasa
sampai pada public figure (artis) dan tidak hanya itu dampak dari globalisasi
juga terlihat dari semaraknya pergaulan bebas, sehingga banyak sekali ditemukan
kasus-kasus aborsi, pembuangan bayi akibat pergaulan bebas, banyaknya kerusuhan
geng motor, dll.
4.
Westernisasi
(Kebarat - baratan)


Tidak sedikit budaya barat yang masuk ke
Indonesia, contohnya adalah perayaan hari valentine
dan halloween. Meskipun kedua budaya
tersebut bukan budaya asli Indonesia, akan tetapi tidak sedikit masyarakat Indonesia
yang melestarikan budaya tersebut. Banyak masyarakat Indonesia yang menyatakan
bahwa budaya asing jauh lebih menarik daripada budaya kita sendiri, hal ini
yang menyebabkan ketertarikan kepada budaya lokal semakin menurun. Dan lebih parahnya lagi, banyak budaya kita
yang bahkan sampai diklaim oleh Negara lain karena ketidakpedulian masyarakat
Indonesia terhadap budayanya sendiri.
5.
Emansipasi
Wanita


Salah satu bentuk perubahan sosial budaya yang
terjadi di masyarakat Indonesia adalah emansipasi wanita, artinya wanita
memiliki derajat yang sama dengan pria. Dulu kita jarang sekali melihat wanita
yang menjadi pimpinan, bahkan ada kalimat orang tua yang menyatakan bahwa
kehidupan wanita adalah di sekitar dapur, sumur, dan kasur. Saat ini tentu berbeda,
banyak wanita yang menjabat peran penting di negeri ini seperti anggota
parlemen, pimpinan perusahaan, dll.
Mulai dari Ibu Megawati yang merupakan satu-satunya presiden dari kaum
perempuan. Kemudian, ada Ibu Risma wali kota Surabaya yang saat ini dapat
dilihat kiprahnya tidak kalah hebat dengan kaum pria. Ini semua adalah dampak
dari globalisasi dan modernisasi, bahwa adanya kesetraan gender anatara kaum
perempuan dan kaum laki-laki. Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama
dalam menjalani kehidupan.
6.
Masyarakat
Semakin Kritis

|
Perkembangan informasi dan komunikasi membuat akses
terhadap informasi semakin mudah. Informasi tersebut bisa didapatkan dari
berbagai media komunikasi, seperti koran, televisi, internet, dll. Dan juga
adanya kebebasan hak berpendapat terutama ketika era reformasi pada saat
turunnya presiden Soeharto yang kemudian berawal dari sana hal tersebut membuat
masyarakat kita semakin cerdas dan kritis, contohnya adalah masyarakat mulai
berani dan selalu mengomentari kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah
untuk negeri ini, terlebih jika kebijakan tersebut tidak populis di mata
rakyat.
7.

Hilangnya
Permainan Tradisional




Saat ini, kita akan sulit untuk menemukan permainan
tradisional seperti yang ada pada
gambar egrang, gasing atau congklak, dll. Kalaupun ada, pasti
dimainkannya di daerah pada masanya, dan merupakan permainan asli Indonesia. Sekarang perannya
sudah diganti dengan permainan modern seperti Playstation, Xbox, Wii, Tab dan
lain-lain. Keberadaan permainan
tradisional sudah hamper lenyap dan tergantikan oleh permainan modern seperti
gadget yang saat ini dianggap jauh lebih menarik ketimbang
permainan tradisional. Hal
tersebut merupakan dampak dari globalisasi dan modernisasi.
8.
Pudarnya
Minat Kepada Alat-alat Musik Tradisional

|
Minat masyarakat terhadap alat-alat musik tradisional
seperti angklung, gamelan dan lainnya semakin berkurang, kalaupun ada itu hanya
sebagian kecil masyarakat yang peduli dan tergerak hatinya untuk melestarikan
alat-alat musik tradisional. Sekarang banyak masyarakat yang cenderung menyukai
alat-alat musik modern seperti gitar, piano, drum dan lainnya. Dari kalangan anak-anak sampai dewasa sedikit
sekali yang bisa memainkan alat musik tradisional. Jika
hal ini tidak segera diantisipasi, bukan tidak mungkin alat-alat musik
tradisional kita akan hilang.
9.
Tergerusnya Kebudayaan Indonesia


Bentuk lain perubahan sosial budaya di
Indonesia adalah tergerusnya budaya asli Indonesia. Perlu diketahui bersama
bahwa tidak sedikit dari kebudayaan kita yang sudah mulai punah. Meskipun
demikian, banyak masyarakat Indonesia yang lebih berminat dengan budaya asing
yang masuk ke Indonesia seperti break
dance, beat box, dan lainnya. Seperti lagu daerah rasa sayange yang diklaim
oleh Malaysia, dan reog ponorogo yang keberadaannya juga semakin jarang karena
sedikit generasi muda yang tertarik untuk memainkan dan melestarikan budaya
tersebut. Ini sangat mengkhawatirkan dan perlu segera ditindaklanjuti bersama.
10. Penggunaan Bahasa Daerah Semakin Jarang
Contoh perubahan sosial budaya lainnya adalah
penggunaan bahasa daerah yang sudah semakin jarang. Kita ketahui bersama, ada
banyak bahasa daerah di Indonesia ini (lebih dari 100 bahasa daerah). [8] Akan
tetapi saat ini banyak masyarakat yang cenderung menggunakan bahasa Indonesia
bahkan menggunakan bahasa-bahasa yang sekarang sedang in yaitu bahasa vikinisasi (awur-awuran).
Hal ini bukan tanpa alasan, karena bahasa Indonesia dimengerti oleh semua
sedangkan bahasa daerah hanya dimengerti oleh masyarakat daerah tertentu saja. Akan tetapi untuk penggunaan bahasa di luar
bahasa Indonesia seperti bahasa alay dan
bahasa yang kebarat-baratan yang membudaya
dan dianggap lebih trend. Ini semua adalah dampak dari globalisasi dan
modernisasi.
Budaya dan tradisi masyarakat adalah salah satu daya pendukung
bagi upaya pelestarian lingkungan hidup, namun budaya dan tradisi masyarakat
juga bisa berakibat buruk bagi lingkungan. Budaya masyarakat yang berupa
hukum-hukum adat dalam kebijaksanaan mengelola lahan biasa disebut dengan kearifan
lingkungan. Jika kearifan lingkungan itu dapat diterapkan secara turun temurun
hal ini tentu baik bagi lingkungan. Tradisi masyarakat Badui (di Banten)
misalnya, kearifan lingkungan mereka ternyata mampu menjaga kelestarian
lingkungan.
Akan tetapi tidak sedikit pula tradisi atau budaya
masyarakat tradisional yang justru dapat merusak lingkungan. Misalnya, masih
adanya pandangan masayarakat bahwa sungai adalah tempat pembuangan. Sehingga
sampai detik ini masih banyak masyarakat yang secara sembarangan membuang
sampah ke sungai. Hampir di setiap kota pasti dijumpai kasus-kasus pencemaran
air sungai akibat pembuangan limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah
industri. Bahkan di Kota Pekalongan, hitamnya air sungai (contoh Kali Banger)
menjadi semacam tolok ukur “peningkatan ekonomi”. Semakin hitam pekat warna air
sungai, berarti industri pakaian semakin berkembang, berarti kemakmuran rakyat
meningkat.
Di daerah rural, juga masih dijumpai banyak tradisi
masyarakat yang cenderung merusak lingkungan. Keberhasilan seorang petani dalam
budidaya salah satu jenis tanaman, sering memicu bagi yang lainnya untuk
ikut-ikutan. Pertanian kentang di Dieng dan Pertanian tembakau di Temanggung
dan Boyolali, merupakan pengalaman buruk yang sulit untuk diatasi. Pertanian
ini telah mengakibatkan tanah di lahan-lahan tinggi menjadi sangat terbuka
sehingga rawan terhadap erosi topsoil dan longsor lahan. Lahan yang seharusnya
difungsikan sebagai kawasan lindung dan peresapan air, pada kenyataannya justru
dimanfaatkan sebagai lahan budidaya intensif yang tidak ramah lingkungan. [9]
Perubahan sosial budaya akan mengubah adat,
kebiasaan, cara pandang, bahkan ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan di
depan bahwa perubahan sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal positif (kemajuan)
dan hal-hal negatif (kemunduran). Hal ini tentu saja memengaruhi pola dan
perilaku masyarakatnya.
a.
Berikut ini hal-hal positif atau
bentuk kemajuan akibat adanya perubahan sosial budaya :
1)
Memunculkan ide-ide budaya baru yang
sesuai dengan perkembangan zaman.
2)
Membentuk pola pikir masyarakat yang
lebih ilmiah dan rasional.
3)
Terciptanya penemuan-penemuan baru
yang dapat membantu aktivitas manusia.
4)
Munculnya tatanan kehidupan
masyarakat baru yang lebih modern dan idea
b.
Berikut ini hal-hal negatif atau
bentuk ke-munduran akibat adanya perubahan sosial budaya.
1)
Tergesernya bentuk-bentuk budaya
nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak sesuai dengan kaidah
budaya-budaya nasional.
2)
Adanya beberapa kelompok masyarakat
yang mengalami ketertinggalan kemajuan budaya dan kemajuan zaman, baik dari
sisi pola pikir ataupun dari sisi pola kehidupannya (cultural lag atau
kesenjangan budaya).
3)
Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan
sosial baru yang makin kompleks.
4)
Lunturnya kaidah-kaidah atau norma
budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan
masyarakat kota.[10]
Nah itulah contoh-contoh perubahan sosial budaya yang bisa
kita jumpai di dalam masyarakat Indonesia. Serta akibat dari era globalisasi dan modernisasi. Perlu
dicatat bahwa perubahan itu tidak selamanya berdampak baik bagi kita, ada juga
yang dapat merugikan kita. Jika itu baik bagi kita maka manfaatkan secara
optimal, jika tidak maka minimalisir dampaknya atau lebih baik buang jauh-jauh.
Kita semua berharap perubahan-perubahan sosial budaya yang terjadi di
masyarakat akan membuat Indonesia semakin baik lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Lingkungan sosial budaya yaitu interaksi yang
dilakukan antara manusia dengan lingkungan. Keduanya saling memberikan
pengaruh, di mana pengaruh manusia terhadap alam lebih bersifat aktif sedangkan
pengaruh lingkungan terhadap manusia lebih bersifat pasif, karena alam lebih
tergantung terhadap kehendak manusia. Dalam lingkungan sosial, terdapat dua
jenis yaitu lingkungan sosial primer dan lingkungan sosial sekunder. Lingkungan
sosial primer adalah lingkungan yang terdiri dari suatu masyarakat yang
memiliki hubungan baik dalam masyarakatnya, dan masih menjunjung tinggi
nilai-nilai sosial seperti nilai kekeluargaan, nilai kesopanan, gotong royong,
dll. Sedangkan lingkungan sosial sekunder adalah lingkungan yang keadaannya
berkebalikan dengan lingkungan primer. Mayarakat lingkungan sekunder lebih
bersifat individualis.
Lingkungan
sosial budaya terbentuk mengikuti keberadaan manusia di muka bumi. Sehingga dari waktu ke waktu lingkungan sosial
budaya turut ikut terjadi perubahan sosial. Dalam perubahan sosial budaya
terdapat pola yang menjadi proses perubahan sosial budaya. Pola tersebut di
anataranya yaitu, pola akulturasi (proses masuknya budaya asing tanpa menghilangkan
budaya yang sudah ada), pola asimilasi (pencampuran dua budaya), difusi,
evolusi, dan pola pembaruan atau inovasi.
Dalam perubahan lingkungan sosial budaya
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu, faktor geografis, faktor
teknologis, faktor ideology, faktor
kepemimpinan, dan factor penduduk. Sedangkan faktor pendorong dari
perubahan lingkungan sosial adalah kontak dengan budaya lain, sikap menghargai hasil
karya orang lain, system
pendidikan yang maju, keinginan untuk maju, toleransi terhadap perubahan,
penduduk yang heterogen, ketidakpuasan terhadap bidang kehidupan tertentu,
system pelapisan terbuka, prientasi ke masa depan, dan sikap mudah menerima
hal-hal baru.
Globalisasi dan modernisasi membawa dampak
langsung dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dan dampak dari globalisasi
tentunya tidak selalu hanya membawa dampak positif namun juga membawa
dampak negatif bagi kehidupan
masyarakat, serta globalisasi yang membawa dampak tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia. Arus globalisasi dan
modernisasi membawa pengaruh terhadap banyak bidang kehidupan, mulai dari cara
berkomunikasi, cara berpakaian, gaya hidup, westernisasi( ke barat-baratan),
emansipasi wanita, mayarakat semakin kritis, hilangnya permainan tradisional,
pudarnya minat kepada alat-alat musik tradisional, tergerusnya kebudayaan
Indonesia, smapai pada penggunaan bahasa Daerah yang semakin jarang. Budaya dan
tradisi masyarakat dapat menjadi pendukung bagi upaya pelestarian lingkungan
hidup, namun budaya dan tradisi masyarakat juga dapat berakibat buruk bagi
lingkungan.
B. Saran
Perlu
diketahui bahwa perubahan sosial budaya karena globalisasi itu tidak selamanya buruk dan tidak selamanya
baik. Kita harus dapat membentengi diri kita dengan iman dan ilmu pengetahuan
agar dapat mengambil pengaruh baik dari perubahan social budaya yang terjadi. Dan hendaknya kita mendahulukan
kemaslahatan serta tidak membuat kerusakan di dunia sesuai dengan firman Allah
yang terdapat dalam surat Al A’raaf ayat 56, yaitu:
wur
(#rßÅ¡øÿè?
Îû
ÇÚöF{$# y÷èt/
$ygÅs»n=ô¹Î) çnqãã÷$#ur $]ùöqyz $·èyJsÛur 4 ¨bÎ)
|MuH÷qu «!$#
Ò=Ìs%
ÆÏiB
tûüÏZÅ¡ósßJø9$#
ÇÎÏÈ
Yang
artinya : dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.
Dan
pada akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. _tidak ada gading yang tak retak, begitupun dengan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran senantiasa
penulis harapkan demi mencapai yang lebih baik untuk tugas-tugas mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Bagong, Suyanto, dkk. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. (Jakarta: PT. Kencana). 2010.
Baharudin. Sosiologi
Suatu Pengantar. (Yogyakarta;
Karunia Alam Semesta). 2010.
Ms, Wahyu. Wawasan Ilmu Sosial
Dasar.
(Surabaya: Usaha Nasional). 1986.
PPE Jawa, Masalah Lingkungan Sosial Budaya, (offline),
(file:///D:/PGMI%20ku/IPS%20SMT%206/Masalah%20Lingkungan%20Sosial%20Budaya%20_%20Profil%20Ekoregion%20Jawa.htm,
diakses pada 20 Maret 2014).
Ram, Aminuddin. Sociology
Sixth Edition, (Jakarta: Erlangga) 1984.
Soekanto,Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali pers). 1990.
Tim Sosiologi. Sosiologi 3 (Jakarta: Yudhistira). 2007.
Wikipedia, 2014, Perubahan Sosial Budaya, (Offline),
(file:///D:/PGMI%20ku/IPS%20SMT%206/Perubahan_sosial_budaya.htm,
diakses pada 20 Maret 2015)
yunita, Eke. Perubahan Sosial, http://eka-yunita-ekayunita.blogspot.com/2011/10/lingkungan-sosial-adalah-hubungan.html.diakses
pada tanggal 29 Mei 2015.
[1]
Wahyu Ms, Wawasan Ilmu
Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm.23-25
[2] Eke Yunita, Perubahan Sosial, http://eka-yunita-ekayunita.blogspot.com/2011/10/lingkungan-sosial-adalah-hubungan.html.diakses pada tanggal 29 Mei 2015
[3] Aminuddin Ram, Sociology Sixth Edition, (Jakarta:
Erlangga, 1984), hlm.213-214
[5]
Aminuddin Ram, Sociology…., hlm. 212
[6]
Tim Sosiologi, Sosiologi 3 (Jakarta: Yudhistira,2007),
hlm.56
[7]
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:
Rajawali pers), 1990, hlm. 126-134
[8]
Wikipedia, 2014, Perubahan
Sosial Budaya, (Offline), (file:///D:/PGMI%20ku/IPS%20SMT%206/Perubahan_sosial_budaya.htm, diakses pada 20 Maret 2015)
[9] PPE Jawa, Masalah Lingkungan
Sosial Budaya, (offline), (file:///D:/PGMI%20ku/IPS%20SMT%206/Masalah%20Lingkungan%20Sosial%20Budaya%20_%20Profil%20Ekoregion%20Jawa.htm, diakses pada 20 Maret 2014).
[10]Suyanto Bagong,dkk, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. (Jakarta: PT. Kencana. 2010),hlm.75
Alhamdulillah.. smga bermanfaat 🙂
BalasHapusSama-sama ☺️
BalasHapusMatursuwun , Mugi manfaat ,tulisan kolo wau kangge masyarakat Indonesia.
BalasHapus